Pages

24 Februari 2010

Memberi Makan bagi yang Menderita




Tiba-tiba seorang ibu muda masuk ke rumah seorang kaya. Pakaiannya kotor dan keringat mengucur deras membasahi wajahnya. Anaknya yang masih kecil menangis kuat-kuat dalam gendongannya. Orang kaya itu terkejut, tetapi ia menerima kehadiran ibu muda itu. Ia mempersilahkan ia duduk di ruang tamunya yang indah.

Beberapa saat kemudian, orang kaya itu bertanya, “Apa yang terjadi, bu? Ibu sakit?”

Ibu itu menatap wajah orang kaya itu dengan sedikit takut. Lalu ia berkata, “Saya tidak sakit. Anak saya dan saya sendiri lapar, pak. Kami tidak punya makanan hari ini.”

Orang kaya itu tersentuh hatinya oleh keadaan ibu dan anaknya itu. Suasana ruang tamu itu menjadi hening. Beberapa saat kemudian ia memanggil pembantunya untuk menyediakan makanan bagi ibu itu dan anaknya.

Lima belas menit kemudian, dua piring makanan dengan lauk pauk dan sayur dibawa oleh pembantu ke ruang tamu. Tetapi ibu itu ragu-ragu untuk makan. Ia malah meminta pembantu itu untuk membawakan kotak untuk membungkus makanan itu. Melihat hal itu, orang kaya itu bertanya, “Ibu tidak mau makan di sini? Ibu mau bawa pulang?”

Ibu itu menjawab, “Iya, pak. Suami dan seorang putra saya juga butuh makanan, pak.”

Sambil menatap mata anaknya, orang kaya itu berkata, “Ibu makan saja dulu. Ibu tidak usah kuatir. Saya akan minta pembantu untuk menyiapkan makanan untuk suami dan putra ibu.”

Dalam sekejap, ibu dan anak itu melahap makanan yang ada di depan mereka. Orang kaya itu telah memberikan ketenangan batin kepada ibu itu meski untuk waktu yang tidak lama. Rasa laparnya telah sirna. Ia boleh bersukacita, karena ada orang yang begitu baik hati kepadanya.

Di dunia yang serba maju sekarang ini masih banyak orang yang lapar, karena tidak punya penghasilan yang tetap. Banyak orang juga tidak punya uang yang cukup untuk membeli makanan. Akibatnya, mereka hanya mendapatkan makanan dengan gizi yang rendah. Kita juga menyaksikan ibu-ibu yang meratapi anak-anaknya yang terbaring lemas, karena busung lapar. Apa yang bisa kita buat untuk sesama kita yang mengalami hal seperti ini? Apakah kita tega membiarkan begitu banyak anak manusia yang meratap pilu, karena ketiadaan makanan?

Makanan itu sangat penting bagi pertumbuhan hidup manusia. Orang yang kurang gizi akan mengalami penderitaan demi penderitaan yang membahayakan jiwanya. Ia hidup, tetapi ia mengalami kelambatan pertumbuhan dalam berbagai aspek hidupnya. Karena itu, usaha kita adalah membantu sesama yang menderita kelaparan.

Sebagai orang beriman, hati kita mesti mudah tersentuh oleh penderitaan demi penderitaan yang dialami oleh sesama. Sering mereka yang menderita lapar itu bukan akibat dari perbuatan mereka sendiri. Sering mereka menjadi korban dari suatu sistem yang diskriminatif, yang manipulatif, yang korup, suatu sistem yang tidak memiliki hati nurani lagi. Karena itu, kita dipanggil untuk memperjuangkan hidup sesama kita.

Setiap hari kita mengalami berbagai kebaikan dari Tuhan. Mampukah kita membagikan kebaikan itu kepada mereka yang membutuhkan? Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

330
Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.