Pages

15 Februari 2014

Melepaskan Diri dari Mental Instan

 

Dalam hidup sehari-hari, kita dihadapkan pada mental instan. Apa-apa saja ingin dicapai dalam waktu yang serba singkat dan cepat. Memang, tidak ada salahnya. Namun dari pengalaman hidup, mental instan sering menjerumuskan orang ke dalam kegelapan hidup.

Tahun 1976, bersama rekannya Steve Wozniak, Steve Jobs yang baru berusia 21 tahun mulai mendirikan Apple Computer.Co di garasi milik keluarganya. Dengan susah payah mereka mengumpulkan modal yang diperoleh dengan menjual barang mereka yang paling berharga, usaha itu pun dimulai. Komputer pertama mereka, Apple 1 berhasil mereka jual sebanyak 50 unit kepada sebuah toko lokal.

Dalam beberapa tahun, usaha mereka cukup berkembang pesat sehingga tahun 1983, Jobs menggaet John Sculley dari Pepsi Cola untuk memimpin perusahaan itu. Sampai sejauh itu, Apple Computer menuai kesuksesan dan makin menancapkan pengaruhnya dalam industri komputer terlebih dengan diluncurkannya Macintosh.

Namun, pada tahun 1985, setelah konflik dengan Sculley, perusahaan memutuskan memberhentikan pendiri mereka, yaitu Steve Jobs sendiri. Setelah menjual sahamnya, Jobs, yang mengalami kesedihan luar biasa, banyak menghabiskan waktu dengan bersepeda dan bepergian ke Eropa.

Namun, tak lama setelah itu, pemecatan tersebut rupanya justru membawa semangat baru bagi dirinya. Ia pun memulai usaha baru, yaitu perusahaan komputer NeXT dan perusahaan animasi Pixar. NeXT yang sebenarnya sangat maju dalam hal teknologinya ternyata tidak membawa hasil yang baik secara komersil.

Tetapi Pixar adalah sebuah kisah sukses lain berkat tangan dinginnya. Melalui Pixar, Jobs membawa trend baru dalam dunia film animasi seiring dengan diluncurkannya film produksinya Toy Story dan selanjutnya Finding Nemo dan The Incredibles. Sepeninggal Jobs dan semakin kuatnya dominasi IBM dan Microsoft membuat Apple kalah bersaing dan nyaris terpuruk.

Akibatnya, tahun 1997, Jobs dipanggil kembali untuk mengisi posisi pimpinan sementara. Dengan mengaplikasi teknologi yang dirancang di NeXT, kali ini Apple kembali bangkit dengan berbagai produk berteknologi maju macam MacOS X, IMac dan salah satu yang fenomenal yaitu iPod.

Sahabat, banyak orang merasa bahwa kesuksesan itu bisa diraih dalam waktu yang singkat alias instan. Karena itu, sering kita dengar juga ada manipulasi-manipulasi terhadap usaha-usaha. Kisah yang pernah heboh adalah Koperasi Langit Biru di Jawa Barat yang mengelabui para investornya. Setelah mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, pimpinannya lalu kabur. Hingga sekarang belum ditemukan keberadaannya. Ia membawa lari semua uang milik para investor itu.

Kisah sukses Steve Jobs mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada kesuksesan yang instan. Penolakan dan kegagalan seringkali mewarnai perjalanan hidup kita, tapi jangan biarkan semua itu membuat kita berhenti. Steve Jobs tidak berhenti setelah diberhentikan oleh perusahaan yang ia mulai sendiri. Justru ia belajar untuk menjadi lebih kreatif dalam upaya menemukan sesuatu yang lebih hebat lagi. Ia berhasil!

Memang, setiap manusia memiliki kelemahan-kelemahan. Manusia ingin cari yang gampang. Tidak mau susah-sasah dalam hidupnya. Ketika ada tantangan yang menghadang, orang seperti ini akan mudah menyerah. Tidak ada cara atau jalan lain yang ditemukannya. Padahal ada begitu banyak cara dan jalan yang bisa ditempuh untuk meraih kesuksesan dalam hidup ini.

Karena itu, orang beriman mesti gigih dalam hidupnya. Orang beriman mesti mencari dan menemukan alternatif-alternatif baru untuk kesejahteraan diri dan banyak orang lain. Untuk itu, dibutuhkan kerja keras. Orang mesti melepaskan diri dari mental instan. Orang tidak boleh mencari yang gampang-gampang saja. Dengan demikian, hidup ini menjadi lebih bermakna bagi diri dan orang lain. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1050

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.