Sebut saja namanya Wartinem. Perempuan beranak enam ini menekuni profesi sebagai penjual jamu gendong. Ia sudah melakukan profesi ini selama 40 tahun. Gurat-gurat ketuaan mulai menghiasi wajahnya. Usaha kerasnya tidaklah sia-sia. Gelas demi gelas jamu yang dijualnya ternyata mampu menghantar keenam anaknya meraih gelar sarjana. Padahal suaminya tidak bisa bekerja lagi karena sakit.
Ketika ditanya tentang rahasia kesuksesannya, ibu sederhana ini menjawab dengan singkat, “Saya mencintai anak-anak saya. Karena itu, saya mesti bekerja untuk hidup mereka.”
Perjuangan Wartinem memang patut diacungi jempol. Banyak godaan dan tantangan yang dihadapi ketika berjualan jamu. Bahkan ia pernah dicopet. Semua uang hasil jualan jamu hari itu lenyap. Namun Wartinem tetap tabah. Ia tetap berjualan jamu. Semua itu ia lakukan demi keenam anaknya yang sangat dicintainya. Mereka mesti mendapatkan pendidikan yang baik. Begitu ia selalu berpikir dalam hatinya.
Karena itu, korban yang ia lakukan berkenan kepada Tuhan. Tuhan membalas korbannya dengan memberikan yang terbaik bagi keenam anaknya. Mereka berhasil meraih pendidikan yang tinggi. Mereka pun kemudian memperoleh pekerjaan yang lebih baik yang sesuai dengan keahlian mereka.
Kisah Ibu Wartinem menunjukkan iman yang hidup. Iman yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang beriman itu orang yang tetap berjuang, meski berbagai godaan dan tantangan menghadangnya. Ia tidak peduli panas dan terik yang menerpanya.
Namun dalam dunia ini ada juga banyak orang yang mau enak-enak hidupnya. Mereka ingin meraih sukses yang tinggi, tetapi tidak mau bekerja keras. Mereka memiliki banyak mimpi, tetapi tidak menjadi kenyataan, karena mimpi itu tidak disertai dengan kerja keras. Akibatnya, orang-orang seperti ini mengalami stress dalam hidupnya. Orang-orang seperti ini mudah putus asa di kala menghadapi godaan dan tantangan.
Orang beriman itu selalu memadukan mimpi dan kenyataan dalam hidupnya. Karena itu, orang yang beriman itu rela berkorban untuk meraih cita-cita hidupnya. Ia tidak peduli seberapa besar korban yang mesti ditanggungnya. Ia tidak malas-malasan sambil mengharapkan bintang jatuh dari langit. Bintang itu mesti ia kejar dan tangkap untuk kemajuan hidupnya.
Mari kita berusaha meraih cita-cita dengan memadukan antara kenyataan dan mimpi dalam hidup sehari-hari. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
287
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.