Benyamin Langham tidak beda dengan balita lainnya. Tetapi ia lahir dari keluarga yang sebelumnya dinyatakan tidak mungkin bisa mendapatkan keturunan. Ayah kandung Benyamin lumpuh total. Namun keajaiban terjadi.
Orangtua Benyamin mengikuti suatu pilot project yang dijalankan di sebuah klinik kesuburan terkenal di London. Pelopor pengobatan baru yang memungkinkan jutaan pasangan tak subur lainnya memiliki keturunan. Di Inggris, setiap tahun tercatat 400 pria muda mengalami kecelakaan fatal yang membuat mereka lumpuh dari pinggang ke bawah. Secara teoritis, kecelakaan seperti itu membuat mereka tidak mungkin bisa membuahi atau mempunyai anak.
Melalui pilot project di London itu, ayah Benyamin dapat mengikuti berbagai program. Akhirnya, ia dapat mempunyai anak. Benyamin lahir dari pilot project itu. Ia lahir sebagai anak yang istimewa, karena secara normal sebenarnya ayahnya sudah tidak mampu lagi mempunyai anak.
Kisah seperti di atas juga kadang-kadang terjadi di sekitar kita. Ada keluarga yang sudah lama menikah, tetapi belum dikaruniai anak. Banyak dari mereka yang terus-menerus berusaha untuk memiliki anak kandung sendiri. Berkat kerja keras dari pasangan seperti ini suatu ketika Tuhan mengaruniakan kepada mereka buah hati yang mereka dambakan. Tentu saja mereka akan sangat mensyukuri hal ini.
Sebagai orang beriman, hal ini mesti dilihat dari terang iman. Artinya, ada campur tangan Tuhan dalam proses-proses yang terjadi secara ajaib seperti ini. Kalau Tuhan tidak ikut campur tangan dalam hal-hal seperti ini, maka apa pun usaha manusia akan sia-sia belaka.
Seorang yang memiliki maksud baik untuk kelangsungan generasinya tentu tidak akan memalingkan diri begitu saja dari penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Baginya, Tuhan mesti mendapat tempat utama dalam hidupnya. Tuhan mesti menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya. Hidup yang ia jalani ini berkat kasih karunia Tuhan atas dirinya.
Ada orang yang membanggakan semua maksud baiknya dan keberhasilan dalam hidupnya sebagai usaha-usahanya sendiri. Ini baik. Tetapi ia juga mesti sadar bahwa ia selalu bersama orang lain dan Tuhan dalam perjalanan hidupnya. Karena itu, suatu kesombongan hanya akan membawa orang seperti ini ke dalam jurang kebinasaan.
Karena itu, sebagai orang beriman kita ingin agar hidup dan karya kita senantiasa berjalan di bawah bimbingan Tuhan yang mahapengasih dan mahapenyayang. Orang yang berada di bawah naungan Tuhan akan selalu mengalami kebahagiaan. Ia tidak merasa hidup ini sebagai suatu keterpaksaan. Justru ia akan mengalami suatu sikap bebas dalam mengekspresikan dirinya. Syaratnya adalah orang mau menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Orang membiarkan Tuhan terlibat dalam hidupnya.
Mari kita berusaha untuk hidup di bawah naungan Tuhan. Kita menciptakan suasana, agar Tuhan mau terlibat dalam persoalan-persoalan hidup kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
293
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.