Hidup itu penuh tantangan. Ketika seseorang mencintai kekasihnya, ada banyak tantangan yang mesti dihadapinya. Kalau ia kuat menghadapi tantangan-tantangan itu, ia mampu menjalani hidup ini dengan normal. Kalau tidak kuat, ia bisa stress dalam hidup ini.
Ada seorang ibu yang mengalami stress. Soalnya adalah suaminya menceraikannya secara sepihak. Suaminya hidup dengan perempuan lain. Ia ditinggalkan sendirian dengan bayi yang masih dalam kandungannya. Hal yang semakin memilukan hatinya adalah anak-anaknya diambil oleh suaminya. Ia dilarang untuk menjenguk anak-anaknya. Sementara janin yang masih berada di dalam kandungannya itu pun diancam untuk diambil begitu dilahirkan.
Ibu itu seolah-olah tidak punya siapa-siapa lagi. Namun ia tetap mencintai anak yang masih ada di dalam kandungannya. Ia berusaha untuk menyelamatkan anak itu. Tidak ada pikiran sama sekali untuk menggugurkan anak itu. Ia bertekad untuk mengandung dan melahirkannya dengan selamat.
Beberapa hari setelah melahirkan anaknya, sang mantan suami datang. Ia meminta agar anak itu ia bawa pulang ke rumahnya. Ia mau mengasuhnya bersama tiga anaknya yang lain. Ibu itu mati-matian tidak mau memberikannya. Ia menuntut suaminya untuk membiarkan anak yang masih kecil itu berada dalam pelukannya. Ia ingin merawatnya dengan baik. Namun sang mantan suami tidak mau menggubris. Ia tetap memaksa untuk membawa pergi bayi itu. Ibu itu tidak berdaya. Ia terpaksa kehilangan bayi yang sangat dicintainya itu.
Hidup sebatang kara ternyata membuat dirinya semakin stress. Ia rindu untuk melihat anak-anaknya. Ia rindu untuk menimang bayi yang dilahirkannya. Namun ia tidak mendapatkan izin dari sang mantan suami. Akhirnya yang terjadi adalah suatu peristiwa yang mengenaskan. Ia meninggal dalam kesepian dan kerinduannya. Cintanya yang begitu besar menyebabkan hidupnya berakhir secara tragis.
Sahabat, mungkinkah cinta yang begitu mendalam dapat membuat seseorang mati? Bisa saja terjadi! Orang yang punya cinta yang begitu besar berani mengorbankan hidupnya bagi sesamanya. Seorang ibu yang melahirkan anaknya mengorbankan hidupnya demi hidup anaknya. Ia tidak memikirkan keselamatan nyawanya sendiri. Yang ia pikirkan adalah keselamatan anak yang hendak dilahirkannya.
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa cinta yang begitu besar dapat menyebabkan hidup seseorang berakhir dengan tragis. Ibu itu sangat mencintai anak-anaknya. Bahkan ia berani mengorbankan hidupnya demi anak-anaknya itu. Ia membiarkan dirinya layu dan lusuh hanya demi kehidupan dan keselamatan anak-anaknya. Ia mencintai anak-anaknya sampai membiarkan hidupnya berakhir. Cintanya sampai habis untuk anak-anaknya.
Bagaimana dengan orang beriman? Apakah orang beriman berani berkorban demi cinta yang besar bagi sesama? Tentu saja orang beriman mesti berani mencintai sesama sampai sehabis-habisnya.
Orang beriman mesti berusaha untuk terus-menerus mencintai, apa pun korban yang akan dihadapi. Mengapa? Karena tiada cinta yang dilakukan tanpa korban. Orang yang mencintai sesamanya itu pasti memiliki korban yang besar. Bukan lagi dirinya yang menjadi pusat perhatiannya, tetapi sesama yang dicintainya itu.
Mari kita berusaha untuk mencintai sesama dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian, hidup kita berguna bagi Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
1042
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.