Pages

18 Februari 2014

Melepaskan Diri dari Rasa Takut



Dalam hidup ini, manusia sering terbelenggu oleh rasa takut dan gengsi. Kita takut orang lain tahu kebiasaan-kebiasaan buruk yang kita miliki. Kita takut diketahui penyakit-penyakit yang kita derita. Akibatnya, justru hal-hal buruk menimpa diri kita.

AIDS adalah salah satu epidemik terbesar di dunia. Namun awalnya masyarakat dunia tidak memeranginya dengan cukup baik. Mengapa? Karena pada awalnya penyakit ini sering ditutup-tutupi dan dianggap memalukan. Pemerintah Cina, misalnya, baru mau mengakuinya tahun 2002 setelah angka statistik penderitanya yang sangat tinggi. India sempat ngotot, kalau penyakit ini hanya diderita pekerja seks komersial dan pelaku seks bebas. Presiden Mbeki dari Afrika Selatan mengatakan pada New York Times bahwa dia tidak pernah kenal seorang pun mengidap AIDS. Padahal lebih dari 30 juta penduduk Afrika Selatan terkena AIDS (HIV positif).

Menurut laporan UNAIDS, badan PBB yang menangani masalah AIDS dan HIV, penyakit ini telah membunuh lebih dari 25 juta orang. Secara global, pada tahun 2007, 46 juta orang hidup dengan HIV. Menurut UNFPA (United Nations Population Fund) pengidap HIV/AIDS bisa mencapai 290 juta orang pada tahun 2050.

Menurut Departemen Kesehatan Indonesia, lebih dari 2.000 orang meninggal karena AIDS pada tahun 2011 lalu. Wabah ini telah memperlambat pertumbuhan ekonomi dan membunuh sumber daya manusia termasuk anak-anak. Andaikan masalah ini diakui dan ditangani dari awal, bisa jadi akibatnya tidak separah sekarang ini.

Sahabat, tentu saja data-data di atas berasal dari ketakutan orang atau pemerintah suatu negara terhadap penyakit yang sangat membahayakan jiwa ini. Ada usaha untuk menutup-nutupinya, agar relasi dengan dunia luar tetap terjaga dengan baik. Apalagi obat para penderita AIDS atau HIV masih belum ditemukan. Orang takut kalau dikucilkan dalam pergaulan. Orang mau menunjukkan kepada dunia bahwa dirinya bersih.

Tentu saja sikap menutup-nutupi suatu penyakit yang membahayakan ini kurang baik. Mengapa? Karena penyakit ini dapat menular kepada orang lain. Ketika semakin banyak orang terjangkit oleh penyakit ini, bahaya akan semakin besar. Terjadi suatu epidemik. Afrika Selatan mengalami ancaman yang serius dari penyakit ini. Bayangkan, 30 juta warganya sudah terjangkit oleh penyakit ini.

Karena itu, suatu keterbukaan terhadap orang lain akan sangat berguna dalam upaya-upaya menanggulangi penyakit ini. Memerangi penyakit yang mewabah begitu cepat ini tidak hanya diusahakan sendiri-sendiri. Dibutuhkan usaha bersama yang sejak dini dilakukan untuk menangkal penyebaran penyakit seperti ini. Yang dibutuhkan bukan gengsi. Tetapi yang dibutuhkan adalah aksi nyata dalam memerangi penyakit seperti ini.

Orang beriman tentu saja tidak hanya mengandalkan kemampuan manusiawinya saja. Ini belum cukup. Orang beriman mesti mengandalkan kekuatan dari Tuhan yang mahapengasih dan penyayang dalam usaha menanggulangi wabah penyakit ini.

Orang beriman mesti yakin bahwa Tuhan tetap menyayangi dirinya. Tuhan ingin menyelamatkan semua manusia, termasuk mereka yang hidup dengan HIV/AIDS. Mari kita terus-menerus membuka diri terhadap bantuan Tuhan. Dengan demikian, kita mampu menghadapi hidup ini dengan hati yang damai. Tuhan memberkati. **

 

Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT

1053

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.