Kegelapan hidup kadang-kadang membuka kesempatan bagi manusia untuk meraih sukses dan kebahagiaan dalam hidup ini. Namun tentu saja hal ini selalu dibarengi dengan rahmat Tuhan.
April 1968 Kapten Max Cleland punya waktu satu bulan saja untuk menjalani tugas dalam Perang Vietnam. Pria asal Atlanta, Amerika Serikat, ini kemudian segera turun dari helikopter yang membawanya. Ia ingin menangkap granat yang ia kira terlepas dari jaketnya. Tiba-tiba granat itu meledak, menghantam bola matanya. Seketika peristiwa itu membutakan matanya.
Ketika ia dapat melihat kembali, ia menyaksikan tangan kanannya telah lenyap. Tidak hanya itu. Ia juga menyaksikan kaki kanannya yang telah terlepas. Semestinya ia berteriak kesakitan, namun Cleland menahan diri. Ia hanya berteriak tentang kaki dan tangannya, “Itu punya saya. Itu punya saya.”
Ia dibawa pulang ke negaranya. Syukur, ia masih hidup. Setelah menjalani berjam-jam operasi, jiwanya tertolong. Setelah sembuh, Cleland ternyata tidak langsung menjalani hidup secara normal. Keputusasaan selalu menyelimuti dirinya. Ia lampiaskan keputusasaannya dengan minum minuman keras, makan makanan yang berlemak secara berlebihan. Ia selalu dibayang-bayangi oleh rasa takut akan masa lalu yang kelam. Ia takut menatap masa depannya.
Dalam kondisi demikian, veteran perang Vietnam ini harus memilih: mau terus hidup atau mati. Cleland memilih untuk hidup. Ia kemudian meninggalkan keputusasaan dan seluruh kekelaman masa lalunya. Hasilnya? Ia menjadi anggota DPR Negara Bagian Goergia, Amerika Serikat. Ia pun sukses memangku berbagai jabatan.
“Tanpa rasa sakit tidak ada kenikmatan, tanpa bukit-bukit tidak ada gunung-gunung yang tinggi, dan tanpa perjuangan tidak ada rasa untuk meraih cita-cita,” kata Cleland.
Sahabat, tidak mudah berjuang untuk bangkit dari kegagalan hidup. Lebih mudah orang menceburkan diri ke dalam keputusasaan. Lebih mudah orang mengakhiri perjalanan hidupnya. Namun ini bukan sikap orang beriman. Orang beriman itu orang yang tegar. Orang yang tidak begitu saja tenggelam dalam keputusasaan.
Kisah Max Cleland di atas menjadi contoh bagaimana seorang beriman mesti berjuang dalam kehidupan ini. Meski keputusasaan melanda hidupnya, ia kemudian bangkit. Ia tidak mau tenggelam dalam keputusasaan. Ia memilih untuk menjalani hidup ini. Ia tidak ingin dikuasai oleh kematian.
Hidup ini milik Tuhan. Ini yang diyakini oleh orang beriman. Tuhan tidak pernah mati. Tuhan tetap hidup sampai selama-lamanya. Karena itu, dasar perjuangan hidup orang beriman adalah Tuhan yang tetap hidup dalam perjalanan hidup manusia. Tuhan yang hidup itu senantiasa menyertai setiap langkah hidup manusia.
Karena itu, ketika manusia membuka diri kepada Tuhan, Tuhan akan memberi semangat dan motivasi untuk melanjutkan perjalanan hidup ini. Ketika manusia memiliki semangat untuk tetap setia kepada Tuhan, Tuhan tidak akan meninggalkan dirinya. Tuhan membangkit semangat untuk berjuang meraih kesusksesan dalam hidup ini.
Orang beriman tidak pernah menyerah saat berhadapan dengan tantangan-tantangan. Bahkan orang beriman terus maju untuk meraih sukses yang gilang-gemilang dalam hidup ini. Dengan bantuan rahmat Tuhan, upaya manusia akan berhasil. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Majalah FIAT/Tabloid KOMUNIO
1110
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.