Pages

11 Juni 2014

Tetap Menaruh Pengharapan pada Tuhan


Apa yang Anda lakukan, kalau doa dan permohonan Anda belum dikabulkan? Apakah Anda masih menaruh pengharapan pada Tuhan?

Suatu ketika Tuhan berjanji kepada Abraham, “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya. Maka firmanNya kepadanya: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu’” (Kej 15:5).

Sayang, bertahun-tahun janji itu belum ditepati. Istri Abraham, Sara, tetap tidak memiliki anak selama bertahun-tahun. Bahkan saat usia kedua orang kudus itu sudah sangat tua, belum juga ada tanda-tanda bahwa Sara akan melahirkan seorang anak pun.

Namun Abraham tidak kecewa. Abraham tetap percaya bahwa suatu ketika Tuhan menepati janjiNya. Tuhan tidak pernah berbohong. Tuhan senantiasa setia pada janjiNya. Karena itu, dalam situasi seperti itu Abraham tetap setia kepada Tuhan. Ia memberikan hidupnya kepada Tuhan. Ia tidak menggerutu kepada Tuhan. Keyakinannya tetap, yaitu Tuhan akan tetap menepati janjiNya.

Penantian selama 39 tahun itu tidak sia-sia. Tuhan menepati janjiNya. Tuhan memperhatikan Sara, seperti yang difirmankanNya. Sara pun mengandung. Lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan. Abraham berumur 100 tahun saat Ishak lahir, sedangkan Sara 90 tahun. Tidak ada kata terlambat bagi Tuhan! Dia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya.

Sahabat, secara manusiawi kita pasti akan kecewa saat janji yang telah diberikan kepada kita ternyata belum terpenuhi. Orang yang memberi pengharapan kepada kita sebut sebagai Pemberi Harapan Palsu alias PHP. Mungkin kita akan sakit hati. Ada yang mungkin menyerah pada keadaan. Ada yang berhenti berharap kepada Tuhan dan mulai memakai logika. Ada yang kemudian mencari pertolongan pada hal-hal di luar Tuhan. Misalnya, orang bepergian kepada dukun untuk memberi ketenangan batin, meski hanya semu.

Padahal nabi Yeremia berkata, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!” (Yer 17:5). Kisah Abraham menjadi contoh bagi kita untuk tetap berharap pada Tuhan, meski apa yang kita harapkan belum terpenuhi.

Dalam situasi sulit, kita berdoa kepada Tuhan untuk memohon pertolonganNya. Kita menaruh harapan pada Tuhan. Namun kita sering tergoda untuk meninggalkan Tuhan, karena doa permohonan kita belum dikabulkan. Untuk itu, yang mesti kita lakukan adalah tetap bertahan pada iman kita akan Tuhan. Tuhan mengabulkan doa dan permohonan kita pada waktunya. Tuhan akan membahagiakan kita pada saat yang tepat.

Mari kita tetap menggantungkan harapan kita pada Tuhan semata. Mengapa? Hanya Tuhan yang menjadi pemenuhan pengharapan kita. Hanya Tuhan yang mampu memberikan kedamaian dan kebahagiaan kepada kita. Berharap berarti kita juga belajar untuk tetap setia kepada Tuhan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT



1103

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.