Apa yang Anda buat bagi sesama Anda yang berkekurangan? Anda biarkan saja? Atau Anda berani berkorban untuk sesama Anda?
Lo Siauw Ging, bisa disebut dokter langka di Indonesia saat ini. Dokter senior di Solo ini tidak pernah menentukan tarif untuk pasien yang datang kepadanya. Bahkan lebih banyak dari mereka digratiskan sama sekali dari biaya konsultasi maupun obat. Dia melakukan itu karena merasa ingin mengabdi kepada kemanusiaan dan tahu diri pada negara.
Di usianya yang telah mencapai 79 tahun, setiap hari rata-rata 60 pasien datang ke tempat praktik di kediamannya di Jagalan, Jebres, Solo. Ada yang datang dari kalangan kaya maupun dari kalangan miskin. Semua pasien yang datang, tidak dikenai biaya. Artinya yang mau memberinya uang sukarela, biasanya yang datang dari kalangan berduit. Mereka akan memberinya imbalan konsultasi dengan meletakkan amplop berisi uang sukarela di meja konsultasi.
Namun lebih dari 70 persen diantaranya digratiskan dari biaya konsultasi. Dokter Lo menolak menerima biaya konsultasi dari kalangan bawah. Ia hanya memberikan resep untuk dibeli sendiri oleh si pasien di apotik.
Bahkan terhadap pasien miskin, sama sekali tidak keluar biaya. Selain gratis biaya konsultasi, Dokter Lo juga memberi resep bertanda khusus untuk dibawa ke apotik yang telah ditunjuknya. Pihak apotik akan memberikan obat yang diresepkan itu kepada si pasien secara gratis. Tagihannya akan dibebankan kepada dokter Lo di akhir bulan.
“Tugas dan kewajiban seorang dokter pertama-tama harus melayani pasien. Fungsi sosial inilah yang paling utama, sesuai sumpah jabatannya. Kesehatan dan keselamatan pasien harus didahulukan, melebihi apapun juga,” katanya.
Meski demikian, Dokter Lo menampik menilai kebanyakan dokter sekarang mata duitan. Dia juga enggan menyebut telah terjadi komersialisasi profesi tersebut. Dokter Lo secara hati-hati menyebut dedikasi, keberpihakan pribadi masing-masing dokter kepada sisi kemanusiaan dan juga sistem pendidikan dokter sangat berpengaruh pada berbagai persoalan yang seakan-akan mengesankan komersialisasi itu. (Detik.com - 30/11/2013).
Sahabat, kepedulian terhadap sesama dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dari berbagai bidang kehidupan manusia. Yang penting adalah kepedulian itu memberikan kesejahteraan bagi mereka yang dibantu. Kebahagiaan menjadi target utama dalam upaya kepedulian terhadap sesama itu. Mengapa? Karena ada sejumlah orang yang mau peduli terhadap sesamanya demi ketenaran dirinya.
Kisah Dokter Lo di atas memberi kita inspirasi untuk memiliki kepedulian yang sungguh-sungguh terhadap mereka yang sangat membutuhkan pertolongan. Ia mendedikasikan hidupnya bagi sesamanya yang kurang mampu. Ia merasa itulah bagian dari kehidupan dirinya yang mesti ia berikan bagi sesamanya. Ia tidak ingin mengumpulkan harta hanya demi dirinya sendiri.
Kebaikan seperti ini semestinya menjadi bagian dari kehidupan manusia di zaman sekarang. Memberikan hidup bagi sesama yang berkekurangan tentu sesuatu yang mulia. Namun hal ini tidak datang dengan sendirinya. Hal ini mesti dilatih terus-menerus dalam kehidupan ini. Hanya dengan berlatih, orang akan memiliki hati yang dengan tulus mau membantu orang lain. Orang tidak menggerutu setelah membantu sesamanya.
Orang beriman adalah orang yang mesti selalu memiliki kepedulian terhadap sesamanya. Hal ini menjadi suatu bentuk perwujudan iman dalam hidup sehari-hari. Seorang bijaksana mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Iman dapat menjadi tetap hidup, ketika orang berani memberi hidupnya bagi sesamanya.
Memberi hidup juga berarti orang berani melepaskan egoisme diri. Yang dipikirkan dan diperbuat adalah kebahagiaan bagi mereka yang dibantu itu. Dengan demikian, orang mampu memiliki hati yang tulus dalam hidupnya. Mari kita memupuk diri untuk peduli terhadap sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
1105
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.