Ada seorang bapak yang mempunyai 50 hektar karet. Dengan harga karet yang melambung sekarang ini, setiap bulan bapak ini dapat meraup uang puluhan juta rupiah. Ia dapat membangun rumah yang besar dan mewah. Ia dapat bersenang-senang dengan keluarga dan teman-temannya.
Suatu hari ia didatangi seorang tamu. Tamu itu memintanya untuk mencarikan sepuluh ekor tokek. Menurut informasi, sekarang harga tokek itu mahal. Daging tokek memiliki khasiat untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Setiap tokek dihargai Rp 1.300.000,-. Bapak itu sangat tergiur oleh tawaran itu. Karena itu, ia menerima tawaran itu.
Setelah tamu itu pulang, ia memanggil beberapa anak buahnya untuk mencari tokek. Setiap tokek ia hargai Rp 400.000,-. Menurut perhitungannya, ia pasti dapat keuntungan sebesar Rp 900.000,- per ekor. Beberapa anak buahnya itu pun mengerjakan tugas itu dengan baik. Apalagi iming-iming Rp 400.000,- untuk setiap ekor tokek akan sangat memberi mereka tambahan penghasilan. Setelah menyadap karet, mereka langsung mencari tokek. Hasilnya luar biasa. Mereka memenuhi permintaan bos mereka: 10 ekor tokek.
Bapak itu sangat puas atas hasil kerja anak buahnya. Ia langsung membayar empat juta rupiah kepada mereka. Kini ia menantikan tiga belas juta dari pemesan. Tetapi sial bagi bapak itu. Orang-orang yang memesan tokek itu tidak datang-datang. Ia juga tidak bisa menghubungi mereka, karena nomor telephon pun tidak mereka tinggalkan. Ia sudah kehilangan empat juta rupiah. Ia sangat menyesal atas peristiwa itu. Apa boleh buat. Nasi sudah menjadi bubur.
Dalam hidup ini banyak orang tergiur oleh penghasilan yang besar tanpa memikirkan akibat-akibatnya. Kisah tadi merupakan salah satu contoh bahwa orang yang rakus sering ingin mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Ia tidak peduli akan begitu banyak kekayaan yang sudah dimilikinya. Ia ingin mengumpulkan lagi dan lagi. Akibatnya, ia kehilangan apa yang dimilikinya.
Banyak orang tidak puas akan apa yang sudah dimilikinya. Karen itu, usaha untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta kekayaan terus-menerus terjadi. Orang tidak peduli apakah cara-cara yang digunakan itu halal atau tidak. Yang penting, banyak harta bisa dikumpulkan untuk kepentingan diri sendiri.
Sebagai orang beriman, tentu kita ingin hidup damai dan tenteram. Kedamaian dan ketenteraman itu dapat tercipta kalau kita memiliki hati yang murni. Hati yang bersih dari kelekatan terhadap barang-barang duniawi akan membantu kita untuk memiliki damai dan ketenteraman yang sesungguhnya.
Untuk itu, orang beriman mesti memiliki iman yang besar kepada Tuhan. Artinya, orang beriman menggantungkan seluruh suka dan duka hidupnya pada Tuhan. Hanya Tuhan yang mampu memberikan kedamaian dan ketenteraman dalam hidup ini.
Mari kita berusaha untuk selalu menggantungkan hidup pada Tuhan. Dengan demikian hidup kita menjadi damai dan tenteram. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
244
Suatu hari ia didatangi seorang tamu. Tamu itu memintanya untuk mencarikan sepuluh ekor tokek. Menurut informasi, sekarang harga tokek itu mahal. Daging tokek memiliki khasiat untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Setiap tokek dihargai Rp 1.300.000,-. Bapak itu sangat tergiur oleh tawaran itu. Karena itu, ia menerima tawaran itu.
Setelah tamu itu pulang, ia memanggil beberapa anak buahnya untuk mencari tokek. Setiap tokek ia hargai Rp 400.000,-. Menurut perhitungannya, ia pasti dapat keuntungan sebesar Rp 900.000,- per ekor. Beberapa anak buahnya itu pun mengerjakan tugas itu dengan baik. Apalagi iming-iming Rp 400.000,- untuk setiap ekor tokek akan sangat memberi mereka tambahan penghasilan. Setelah menyadap karet, mereka langsung mencari tokek. Hasilnya luar biasa. Mereka memenuhi permintaan bos mereka: 10 ekor tokek.
Bapak itu sangat puas atas hasil kerja anak buahnya. Ia langsung membayar empat juta rupiah kepada mereka. Kini ia menantikan tiga belas juta dari pemesan. Tetapi sial bagi bapak itu. Orang-orang yang memesan tokek itu tidak datang-datang. Ia juga tidak bisa menghubungi mereka, karena nomor telephon pun tidak mereka tinggalkan. Ia sudah kehilangan empat juta rupiah. Ia sangat menyesal atas peristiwa itu. Apa boleh buat. Nasi sudah menjadi bubur.
Dalam hidup ini banyak orang tergiur oleh penghasilan yang besar tanpa memikirkan akibat-akibatnya. Kisah tadi merupakan salah satu contoh bahwa orang yang rakus sering ingin mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Ia tidak peduli akan begitu banyak kekayaan yang sudah dimilikinya. Ia ingin mengumpulkan lagi dan lagi. Akibatnya, ia kehilangan apa yang dimilikinya.
Banyak orang tidak puas akan apa yang sudah dimilikinya. Karen itu, usaha untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta kekayaan terus-menerus terjadi. Orang tidak peduli apakah cara-cara yang digunakan itu halal atau tidak. Yang penting, banyak harta bisa dikumpulkan untuk kepentingan diri sendiri.
Sebagai orang beriman, tentu kita ingin hidup damai dan tenteram. Kedamaian dan ketenteraman itu dapat tercipta kalau kita memiliki hati yang murni. Hati yang bersih dari kelekatan terhadap barang-barang duniawi akan membantu kita untuk memiliki damai dan ketenteraman yang sesungguhnya.
Untuk itu, orang beriman mesti memiliki iman yang besar kepada Tuhan. Artinya, orang beriman menggantungkan seluruh suka dan duka hidupnya pada Tuhan. Hanya Tuhan yang mampu memberikan kedamaian dan ketenteraman dalam hidup ini.
Mari kita berusaha untuk selalu menggantungkan hidup pada Tuhan. Dengan demikian hidup kita menjadi damai dan tenteram. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
244
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.