Tanggal 20 Mei 2008 yang lalu terjadi suatu peristiwa yang mengenaskan. Seorang ibu yang sedang hamil di Sumatera Utara tega minum racun maut. Ia tidak sendirian. Ia mengajak kedua anaknya untuk bersama-sama menenggak racun rumput. Ketiganya lantas menghembuskan nafas terakhir. Mereka meninggal dunia tanpa didampingi oleh suami dan ayah mereka.
Menurut keterangan, ibu dua anak itu tega menghabisi nyawanya dan nyawa kedua anaknya karena persoalan ekonomi. Hidup yang tidak mudah di jaman sekarang ini menjadi pemicu tindakan nekad itu. Suaminya hanyalah seorang buruh tani yang berpenghasilan pas-pasan. Bahkan hasil kerjanya tidak cukup untuk biaya hidup keluarganya.
Keputusasaan menghiasi hari-hari hidup ibu muda ini. Jalan pintas pun ia tempuh. Ia menenggak racun rumput yang ada di rumahnya. Kematian tragis menjadi bagian hidupnya dan kedua anaknya.
Saudara Penderitaan memang sering kita alami dalam hidup ini. Ada yang menderita karena penyakit yang tidak sembuh-sembuh. Ada yang menderita karena penyakit ganas. Dalam beberapa bulan saja orang yang menderita penyakit ganas ini telah menutup mata untuk selama-lamanya. Namun ada juga sesama yang menderita karena kesulitan ekonomi. Pendapatan yang kecil sering menyebabkan orang menderita dalam hidupnya.
Tetapi pertanyaannya, apakah kita mesti menyerah pada penderitaan? Bukankah penderitaan itu adalah bagian dari hidup manusia? Bukankah manusia yang tidak pernah mengalami penderitaan adalah manusia yang semu?
Ada orang mengatakan bahwa kita mesti menjadikan penderitaan itu sebagai sahabat dalam perjalanan hidup kita. Seorang yang sakit asma, misalnya, bisa mengalami kebahagiaan dalam hidupnya kalau ia menjadikan sakitnya sebagai sahabat setianya. Ketika penyakitnya itu kumat, ia berusaha sekuat tenaga untuk menenangkannya. Ia berusaha untuk menyembuhkannya.
Setiap kita akan mengalami penderitaan entah sekecil apa pun. Karena itu, kita diharapkan untuk tidak putus asa, ketika susah dan derita melanda kita. Justru kita mesti memiliki semangat untuk mencari cara-cara untuk keluar dari penderitaan kita. Mungkin kisah ibu yang minum racun itu sudah mencari cara-cara untuk keluar dari persoalan ekonomi rumah tangganya. Mungkin ia kurang bersabar. Ia ingin cepat memperoleh hasil. Ketika tidak menemukan hasil yang memadai, ia tega minum racun.
Sebagai orang beriman, kita tentu ingin memiliki kesabaran dan ketekunan dalam usaha-usaha untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup kita. Karena itu, mari kita berjuang terus-menerus. Jangan cepat putus asa. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
233
Menurut keterangan, ibu dua anak itu tega menghabisi nyawanya dan nyawa kedua anaknya karena persoalan ekonomi. Hidup yang tidak mudah di jaman sekarang ini menjadi pemicu tindakan nekad itu. Suaminya hanyalah seorang buruh tani yang berpenghasilan pas-pasan. Bahkan hasil kerjanya tidak cukup untuk biaya hidup keluarganya.
Keputusasaan menghiasi hari-hari hidup ibu muda ini. Jalan pintas pun ia tempuh. Ia menenggak racun rumput yang ada di rumahnya. Kematian tragis menjadi bagian hidupnya dan kedua anaknya.
Saudara Penderitaan memang sering kita alami dalam hidup ini. Ada yang menderita karena penyakit yang tidak sembuh-sembuh. Ada yang menderita karena penyakit ganas. Dalam beberapa bulan saja orang yang menderita penyakit ganas ini telah menutup mata untuk selama-lamanya. Namun ada juga sesama yang menderita karena kesulitan ekonomi. Pendapatan yang kecil sering menyebabkan orang menderita dalam hidupnya.
Tetapi pertanyaannya, apakah kita mesti menyerah pada penderitaan? Bukankah penderitaan itu adalah bagian dari hidup manusia? Bukankah manusia yang tidak pernah mengalami penderitaan adalah manusia yang semu?
Ada orang mengatakan bahwa kita mesti menjadikan penderitaan itu sebagai sahabat dalam perjalanan hidup kita. Seorang yang sakit asma, misalnya, bisa mengalami kebahagiaan dalam hidupnya kalau ia menjadikan sakitnya sebagai sahabat setianya. Ketika penyakitnya itu kumat, ia berusaha sekuat tenaga untuk menenangkannya. Ia berusaha untuk menyembuhkannya.
Setiap kita akan mengalami penderitaan entah sekecil apa pun. Karena itu, kita diharapkan untuk tidak putus asa, ketika susah dan derita melanda kita. Justru kita mesti memiliki semangat untuk mencari cara-cara untuk keluar dari penderitaan kita. Mungkin kisah ibu yang minum racun itu sudah mencari cara-cara untuk keluar dari persoalan ekonomi rumah tangganya. Mungkin ia kurang bersabar. Ia ingin cepat memperoleh hasil. Ketika tidak menemukan hasil yang memadai, ia tega minum racun.
Sebagai orang beriman, kita tentu ingin memiliki kesabaran dan ketekunan dalam usaha-usaha untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup kita. Karena itu, mari kita berjuang terus-menerus. Jangan cepat putus asa. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
233
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.