Poppy Dharsono (56) menggelar peragaan busana, Senin, tanggal 19 Mei 2008 lalu. Kali itu tema rancangannya adalah Godess with Loves. Ia terinspirasi pada keseimbangan, yang menjadi hal utama dalam hidup. Ketenteraman itu berawal dari kesucian jiwa yang seimbang. Ia memilih kain lurik dan batik berwarna dasar coklat, hitam, dan emas.
Sebelum peragaan di Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara, itu, dia membagikan buku biografi, Poppy Dharsono: Perempuan Jawa Abad Ke-21. Tentang bukunya itu, ia berkata, "Bukan biografi 100 persen, perjalanan hidup perempuan Jawa yang termotivasi jadi orang produktif."
Ia lantas bertutur, tahun 1972 dia melakukan perjalanan sendiri ke Nepal, India, hingga Himalaya. Ia tidur bersama 15 orang bule memakai kantung tidur. Ia berkata, "Mulanya saya pakai sepatu hak dan berparfum, tapi lalu dicarikan sepatu kets. Barang-barang saya tinggal di Kathmandu.” Hari Jumat tanggal 16 Mei 2008 lalu ia mendapat Fashion Icon Award dalam Jakarta Fashion and food Festival 2008.
Sepanjang perjalanan itu ia berdialog dengan banyak orang hingga sampai pada satu pemikiran: Jadilah manusia produktif. Setelah menjadi model, perancang, lalu pengusaha, Poppy merambah jagat politik. Ia ingin menjadi manusia yang produktif. Ia ingin menghasilkan karya-karya yang berguna bagi hidupnya dan bagi bangsa dan negara.
Dalam hidup ini kita berjumpa dengan orang-orang yang memiliki cita-cita yang tinggi. Namun mereka tidak hanya menggantungkan cita-cita itu setinggi langit. Mereka mau bekerja keras untuk meraih cita-cita itu. Adakalanya mereka mesti menyingkirkan segala kesenangan sesaat. Mereka rela menderita demi tercapainya cita-cita mulia itu.
Kisah Poppy Darsono merupakan salah satu contoh orang yang ingin sukses dalam hidup. Ia rela meninggalkan kenikmatan sesaat untuk meraih sukses yang lebih baik. Ia mencapai itu. Ia menjadi salah seorang perempuan terproduktif di negeri ini. Tentu saja ia berhak meraih sukses itu, karena ia berjuang keras. Ia bekerja keras untuk itu.
Sekarang ini banyak orang menjadi manusia konsumtif. Mereka rela mengunjungi mal-mal untuk menikmati sesaat kenikmatan. Mereka rela membuang waktu untuk antri berjam-jam di counter mal-mal. Untuk apa? Untuk menikmati. Enjoy aja lagi!
Menjadi manusia produktif berarti orang ingin mengembangkan dirinya sampai semaksimal mungkin. Ada inovasi atau temuan baru yang mereka lakukan. Dengan demikian mereka dapat bertahan dalam dunia persaingan yang begitu ketat sekarang ini. Tentu hal ini berbeda dengan manusia yang konsumtif. Mereka tidak berani bersaing dalam menciptakan sesuatu yang baru. Mereka bersaing dalam konsumsi.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk ikut terlibat dalam memproduksi barang-barang kebutuhan hidup kita. Kita diajak untuk selalu melakukan inovasi atau menemukan sesuatu yang baru untuk kemajuan bangsa manusia. Karena itu, dibutuhkan suatu kerja keras dan keuletan dalam menghadapi persaingan yang begitu ketat sekarang ini. Mari kita berusaha untuk menjadi manusia produktif. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
229
Sebelum peragaan di Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara, itu, dia membagikan buku biografi, Poppy Dharsono: Perempuan Jawa Abad Ke-21. Tentang bukunya itu, ia berkata, "Bukan biografi 100 persen, perjalanan hidup perempuan Jawa yang termotivasi jadi orang produktif."
Ia lantas bertutur, tahun 1972 dia melakukan perjalanan sendiri ke Nepal, India, hingga Himalaya. Ia tidur bersama 15 orang bule memakai kantung tidur. Ia berkata, "Mulanya saya pakai sepatu hak dan berparfum, tapi lalu dicarikan sepatu kets. Barang-barang saya tinggal di Kathmandu.” Hari Jumat tanggal 16 Mei 2008 lalu ia mendapat Fashion Icon Award dalam Jakarta Fashion and food Festival 2008.
Sepanjang perjalanan itu ia berdialog dengan banyak orang hingga sampai pada satu pemikiran: Jadilah manusia produktif. Setelah menjadi model, perancang, lalu pengusaha, Poppy merambah jagat politik. Ia ingin menjadi manusia yang produktif. Ia ingin menghasilkan karya-karya yang berguna bagi hidupnya dan bagi bangsa dan negara.
Dalam hidup ini kita berjumpa dengan orang-orang yang memiliki cita-cita yang tinggi. Namun mereka tidak hanya menggantungkan cita-cita itu setinggi langit. Mereka mau bekerja keras untuk meraih cita-cita itu. Adakalanya mereka mesti menyingkirkan segala kesenangan sesaat. Mereka rela menderita demi tercapainya cita-cita mulia itu.
Kisah Poppy Darsono merupakan salah satu contoh orang yang ingin sukses dalam hidup. Ia rela meninggalkan kenikmatan sesaat untuk meraih sukses yang lebih baik. Ia mencapai itu. Ia menjadi salah seorang perempuan terproduktif di negeri ini. Tentu saja ia berhak meraih sukses itu, karena ia berjuang keras. Ia bekerja keras untuk itu.
Sekarang ini banyak orang menjadi manusia konsumtif. Mereka rela mengunjungi mal-mal untuk menikmati sesaat kenikmatan. Mereka rela membuang waktu untuk antri berjam-jam di counter mal-mal. Untuk apa? Untuk menikmati. Enjoy aja lagi!
Menjadi manusia produktif berarti orang ingin mengembangkan dirinya sampai semaksimal mungkin. Ada inovasi atau temuan baru yang mereka lakukan. Dengan demikian mereka dapat bertahan dalam dunia persaingan yang begitu ketat sekarang ini. Tentu hal ini berbeda dengan manusia yang konsumtif. Mereka tidak berani bersaing dalam menciptakan sesuatu yang baru. Mereka bersaing dalam konsumsi.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk ikut terlibat dalam memproduksi barang-barang kebutuhan hidup kita. Kita diajak untuk selalu melakukan inovasi atau menemukan sesuatu yang baru untuk kemajuan bangsa manusia. Karena itu, dibutuhkan suatu kerja keras dan keuletan dalam menghadapi persaingan yang begitu ketat sekarang ini. Mari kita berusaha untuk menjadi manusia produktif. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
229
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.