Seorang perempuan berkulit hitam bernama Rosa Park memberikan inspirasi bagi Marthin Luter King untuk memulai gerakan anti rasial di Amerika Serikat. Suatu hari Rosa Park naik bis kota di kota Georgia, Amerika Serikat. Ia duduk di bagian depan dari bis itu. Biasanya, di bagian itu hanya dikhususkan bagi para penumpang berkulit putih. Mereka yang berkulit hitam tidak boleh menempati tempat duduk di bagian depan.
Salah seorang polisi berkulit putih memerintahkan Rosa Park untuk pindah ke belakang. Bagian ini dikhususkan bagi kaum kulit hitam. Namun Rosa Park menolak perintah itu. Baginya, semua orang memiliki hak yang sama. Ia tidak mau memberikan tempat duduk itu kepada seorang penumpang kulit putih yang terpaksa berdiri. Akibatnya, ia dipaksa turun dari bis oleh polisi.
Dengan hati getir, Rosa Park pulang ke rumahnya. Ia tidak ingin melihat rasialisme menimpa dirinya dan kaumnya. Ia ingin rasialisme segera lenyap dari negerinya. Beberapa hari kemudian ia melaporkan peristiwa itu kepada Marthin Luther King, seorang pendeta muda. Peristiwa itu kemudian menjadi gerakan anti rasial terbesar di Amerika Serikat di tahun 1960-an.
Bagi Marthin Luther King, penindasan terhadap kaum minoritas tidak sesuai dengan maksud Tuhan yang telah menciptakan manusia. Manusia diciptakan sama hak dan martabatnya. Tidak ada yang lebih rendah daripada yang lain. Berkat usaha-usaha kesetaraan hidup ini akhirnya kini bangsa Amerika saling menghargai. Tidak terjadi lagi rasialisme.
Rasialisme itu suatu bentuk penolakan terhadap sesama. Artinya, orang bukan hanya sekedar menolak sesama, tetapi juga menolak Tuhan yang sudah menciptakan manusia itu. Akibat dari penolakan itu adalah terjadinya penindasan terhadap sesama manusia. Ada orang yang harus mengalami penderitaan, karena penindasan itu.
Dalam dunia kita sekarang ini masih ada banyak orang yang mengalami penderitaan, karena penindasan dalam berbagai bentuk. Kita ambil saja contoh korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu dalam negara kita. Anggaran belanja yang semestinya diperuntukkan bagi masyarakat itu dipakai oleh segelintir orang saja. Akibatnya, jutaan masyarakat mengalami penderitaan. Proyek jalan untuk mengatasi isolasi semestinya diselesaikan tetapi terkatung-katung, karena dana yang menguap entah ke mana. Masyarakat tidak bisa menjalankan roda ekonominya dengan baik. Akibatnya, penghasilan mereka tidak bisa dibawa untuk dijual di kota. Kemiskinan kemudian menjadi bagian dari hidup mereka.
Sebagai orang beriman, kita tentu ingin hidup damai dan tenang bersama sesama. Kita tidak ingin ada sesama kita yang menderita sebagai dari akibat ulah kita. Karena itu, mari kita berusaha untuk terus-menerus berlaku baik terhadap sesama. Dengan demikian, hidup kita dan sesama dapat menjadi berkat bagi sesama. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
222
Salah seorang polisi berkulit putih memerintahkan Rosa Park untuk pindah ke belakang. Bagian ini dikhususkan bagi kaum kulit hitam. Namun Rosa Park menolak perintah itu. Baginya, semua orang memiliki hak yang sama. Ia tidak mau memberikan tempat duduk itu kepada seorang penumpang kulit putih yang terpaksa berdiri. Akibatnya, ia dipaksa turun dari bis oleh polisi.
Dengan hati getir, Rosa Park pulang ke rumahnya. Ia tidak ingin melihat rasialisme menimpa dirinya dan kaumnya. Ia ingin rasialisme segera lenyap dari negerinya. Beberapa hari kemudian ia melaporkan peristiwa itu kepada Marthin Luther King, seorang pendeta muda. Peristiwa itu kemudian menjadi gerakan anti rasial terbesar di Amerika Serikat di tahun 1960-an.
Bagi Marthin Luther King, penindasan terhadap kaum minoritas tidak sesuai dengan maksud Tuhan yang telah menciptakan manusia. Manusia diciptakan sama hak dan martabatnya. Tidak ada yang lebih rendah daripada yang lain. Berkat usaha-usaha kesetaraan hidup ini akhirnya kini bangsa Amerika saling menghargai. Tidak terjadi lagi rasialisme.
Rasialisme itu suatu bentuk penolakan terhadap sesama. Artinya, orang bukan hanya sekedar menolak sesama, tetapi juga menolak Tuhan yang sudah menciptakan manusia itu. Akibat dari penolakan itu adalah terjadinya penindasan terhadap sesama manusia. Ada orang yang harus mengalami penderitaan, karena penindasan itu.
Dalam dunia kita sekarang ini masih ada banyak orang yang mengalami penderitaan, karena penindasan dalam berbagai bentuk. Kita ambil saja contoh korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu dalam negara kita. Anggaran belanja yang semestinya diperuntukkan bagi masyarakat itu dipakai oleh segelintir orang saja. Akibatnya, jutaan masyarakat mengalami penderitaan. Proyek jalan untuk mengatasi isolasi semestinya diselesaikan tetapi terkatung-katung, karena dana yang menguap entah ke mana. Masyarakat tidak bisa menjalankan roda ekonominya dengan baik. Akibatnya, penghasilan mereka tidak bisa dibawa untuk dijual di kota. Kemiskinan kemudian menjadi bagian dari hidup mereka.
Sebagai orang beriman, kita tentu ingin hidup damai dan tenang bersama sesama. Kita tidak ingin ada sesama kita yang menderita sebagai dari akibat ulah kita. Karena itu, mari kita berusaha untuk terus-menerus berlaku baik terhadap sesama. Dengan demikian, hidup kita dan sesama dapat menjadi berkat bagi sesama. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
222
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.