Pernahkah Anda merasa benci yang sangat kuat terhadap sesama Anda? Apa yang Anda lakukan setelah itu? Anda meninggalkan orang itu atau Anda mendekatinya untuk menjalin relasi yang lebih baik?
Raja Sapor dari Persia berkuasa pada abad keempat. Ia membenci orang yang percaya kepada Tuhan. Ia menganiaya mereka dengan keji. Ia menghancurkan tempat-tempat ibadat. Dua orang bersaudara bernama Jonas dan Barachisius mendengar kabar mengenai penganiayaan ini. Banyak orang yang percaya kepada Tuhan dijatuhi hukuman mati.
Jonas dan Barachisius memutuskan untuk pergi menolong dan menyemangati mereka untuk tetap setia kepada Tuhan. Jonas dan Barachisius sadar benar bahwa mereka, juga dapat tertangkap. Namun hal itu tak menghalangi mereka. Hati mereka terlalu dipenuhi kasih bagi sesama, sehingga nyaris tak ada ruang untuk memikirkan diri sendiri.
Akhirnya, kedua bersaudara itu tertangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Kepada mereka dikatakan bahwa jika mereka tidak menyembah matahari, bulan, api dan air, mereka akan dianiaya dan dijatuhi hukuman mati. Tetntu saja, mereka menolak menyembah suatupun atau siapapun terkecuali Tuhan yang benar dan esa. Mereka harus banyak menderita, tetapi mereka berdoa. Kedua bersaudara itu menanggung siksa aniaya yang ngeri, namun tak hendak menyangkal iman mereka kepada Tuhan. Pada akhirnya, mereka dijatuhi hukuman mati dan dengan sukacita menyerahkan nyawa bagi Tuhan. Jonas dan Barachisius wafat pada tahun 327.
Sahabat, tantangan hidup beriman selalu ada dalam kehidupan manusia. Ada berbagai tantangan yang menghadang manusia. Ada saja upaya-upaya untuk menghambat orang yang beriman. Tentu saja kita semua pernah mengalami hambatan-hambatan dalam hidup beriman.
Misalnya, kita mau pergi ke tempat ibadat untuk beribadat, tetapi ada acara televisi yang enggan kita tinggalkan. Acara tersebut merupakan acara kesayangan kita. Acara favorit kita. Jadi kita merasa rugi untuk meninggalkan acara tersebut. Akibatnya, kita mengorbankan niat baik kita untuk beribadat.
Kisah di atas mengungkapkan sulitnya orang beriman dalam suasana kebencian. Kebencian terhadap sesama menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Ada orang yang mesti mati sia-sia karena kebencian itu. Dalam situasi benci, mata orang menjadi buta. Kegelapan selalu menyelimuti hidup manusia.
Dalam hidup sehari-hari, kita diajak untuk menumbuhkan semangat untuk mencintai sesama. Bukan sikap benci. Semangat mencintai memberikan nafas kehidupan kepada manusia. Sedangkan kebencian menumbuhkan kematian bagi hidup sesama.
Untuk itu, orang yang beriman dalam hidup sehari-hari mesti berani memiliki semangat mencintai sesamanya. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu kegembiraan dalam hidup bersama. Mari kita tumbuhkan semangat mencintai dengan membuang kebencian dari hidup kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
849
Raja Sapor dari Persia berkuasa pada abad keempat. Ia membenci orang yang percaya kepada Tuhan. Ia menganiaya mereka dengan keji. Ia menghancurkan tempat-tempat ibadat. Dua orang bersaudara bernama Jonas dan Barachisius mendengar kabar mengenai penganiayaan ini. Banyak orang yang percaya kepada Tuhan dijatuhi hukuman mati.
Jonas dan Barachisius memutuskan untuk pergi menolong dan menyemangati mereka untuk tetap setia kepada Tuhan. Jonas dan Barachisius sadar benar bahwa mereka, juga dapat tertangkap. Namun hal itu tak menghalangi mereka. Hati mereka terlalu dipenuhi kasih bagi sesama, sehingga nyaris tak ada ruang untuk memikirkan diri sendiri.
Akhirnya, kedua bersaudara itu tertangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Kepada mereka dikatakan bahwa jika mereka tidak menyembah matahari, bulan, api dan air, mereka akan dianiaya dan dijatuhi hukuman mati. Tetntu saja, mereka menolak menyembah suatupun atau siapapun terkecuali Tuhan yang benar dan esa. Mereka harus banyak menderita, tetapi mereka berdoa. Kedua bersaudara itu menanggung siksa aniaya yang ngeri, namun tak hendak menyangkal iman mereka kepada Tuhan. Pada akhirnya, mereka dijatuhi hukuman mati dan dengan sukacita menyerahkan nyawa bagi Tuhan. Jonas dan Barachisius wafat pada tahun 327.
Sahabat, tantangan hidup beriman selalu ada dalam kehidupan manusia. Ada berbagai tantangan yang menghadang manusia. Ada saja upaya-upaya untuk menghambat orang yang beriman. Tentu saja kita semua pernah mengalami hambatan-hambatan dalam hidup beriman.
Misalnya, kita mau pergi ke tempat ibadat untuk beribadat, tetapi ada acara televisi yang enggan kita tinggalkan. Acara tersebut merupakan acara kesayangan kita. Acara favorit kita. Jadi kita merasa rugi untuk meninggalkan acara tersebut. Akibatnya, kita mengorbankan niat baik kita untuk beribadat.
Kisah di atas mengungkapkan sulitnya orang beriman dalam suasana kebencian. Kebencian terhadap sesama menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Ada orang yang mesti mati sia-sia karena kebencian itu. Dalam situasi benci, mata orang menjadi buta. Kegelapan selalu menyelimuti hidup manusia.
Dalam hidup sehari-hari, kita diajak untuk menumbuhkan semangat untuk mencintai sesama. Bukan sikap benci. Semangat mencintai memberikan nafas kehidupan kepada manusia. Sedangkan kebencian menumbuhkan kematian bagi hidup sesama.
Untuk itu, orang yang beriman dalam hidup sehari-hari mesti berani memiliki semangat mencintai sesamanya. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu kegembiraan dalam hidup bersama. Mari kita tumbuhkan semangat mencintai dengan membuang kebencian dari hidup kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
849
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.