Adakah hari ini Anda melakukan dosa dan kesalahan? Adakah hati orang-orang yang dekat dengan Anda merasa tertusuk oleh perbuatan atau kata-kata Anda yang tidak menyenangkan?
Ketika Nelson Mandela memegang jabatan sebagai presiden Afrika Selatan, ia menunjuk sebuah komisi untuk menghukum orang-orang yang telah melakukan tindak kekejaman selama berlangsungnya politik apartheid. Setiap pejabat kulit putih yang dengan sukarela menemui pendakwa dan mengakui kesalahannya, tidak akan dihukum.
Suatu hari, seorang wanita dipertemukan secara langsung dengan pejabat yang telah secara brutal membunuh anak laki-laki satu-satunya dan suami yang sangat dikasihi. Ketika ditanya apa yang ingin ia lakukan terhadap pejabat itu, ia menjawab, “Meskipun saya tidak memiliki keluarga, saya masih memiliki banyak cinta untuk diberikan.”
Kemudian ia meminta pejabat itu untuk mengunjunginya secara teratur, supaya wanita itu bisa memperlakukannya dengan penuh kasih. “Saya ingin memeluknya supaya ia tahu bahwa pengampunan saya itu nyata,” kata wanita itu.
Ketika wanita itu menuju tempat saksi, pejabat itu merasa sangat malu dan menyesal sampai ia pingsan. Kepedihan yang ditunjukkan wanita itu bukanlah balas dendam yang penuh dosa, melainkan api pemurnian cinta. Api itu dikaruniakan Tuhan yang dapat memunculkan penyesalan dan perdamaian. Kasih itu memberi dan mengampuni.
Sahabat, dunia akan menjadi lebih damai di kala kita saling memberi kebaikan. Kejahatan yang dibalas dengan kejahatan hanyalah menimbulkan kematian bagi hidup. Kita saksikan kejahatan Presiden Moamar Kadhafi yang dibalas dengan kejahatan Amerika dan sekutunya hanyalah menghasilkan kematian. Banyak rakyat tak berdosa yang mesti mengakhiri hidupnya dengan sia-sia.
Kisah perempuan pengampun tadi memberi kita inspirasi untuk terus-menerus memperjuangkan kehidupan. Caranya adalah dengan menumbuhkan pengampunan yang mendalam di dalam hatinya. Ia telah kehilangan segala-galanya. Ia tidak ingin membalas kejahatan dengan kejahatan. Karena itu, ia berani mengampuni pembunuh suami dan anaknya. Ia ingin menyalurkan kasih yang telah ia perolah dari Tuhan kepada sesamanya.
Dalam hidup sehari-hari, kita tidak pernah lepas dari dosa dan kesalahan. Hal ini terjadi karena kita manusia lemah. Kita adalah manusia yang terbatas. Kita boleh saja berjanji untuk tidak melakukan lagi dosa dan kesalahan. Namun kita tetap saja jatuh ke dalam dosa dan kesalahan.
Karena itu, yang kita butuhkan adalah pengampunan. Yang kita butuhkan adalah hati yang penuh belas kasihan mau menerima kita kembali. Kalau kita menuntut atau mengharapkan pengampunan dari orang lain, mengapa kita merasa sulit untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita? Mengapa kita enggan untuk menerima permohonan maaf dari sesama kita?
Orang beriman mesti selalu punya hati yang berbelas kasih. Orang beriman mesti selalu menimba kasih Tuhan yang senantiasa mengalir dalam hidupnya. Untuk itu, kita mesti selalu membuka hati kita bagi rahmat Tuhan. Dengan demikian, kita mampu mengampuni sesama yang melakukan dosa dan kesalahan. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
854
Ketika Nelson Mandela memegang jabatan sebagai presiden Afrika Selatan, ia menunjuk sebuah komisi untuk menghukum orang-orang yang telah melakukan tindak kekejaman selama berlangsungnya politik apartheid. Setiap pejabat kulit putih yang dengan sukarela menemui pendakwa dan mengakui kesalahannya, tidak akan dihukum.
Suatu hari, seorang wanita dipertemukan secara langsung dengan pejabat yang telah secara brutal membunuh anak laki-laki satu-satunya dan suami yang sangat dikasihi. Ketika ditanya apa yang ingin ia lakukan terhadap pejabat itu, ia menjawab, “Meskipun saya tidak memiliki keluarga, saya masih memiliki banyak cinta untuk diberikan.”
Kemudian ia meminta pejabat itu untuk mengunjunginya secara teratur, supaya wanita itu bisa memperlakukannya dengan penuh kasih. “Saya ingin memeluknya supaya ia tahu bahwa pengampunan saya itu nyata,” kata wanita itu.
Ketika wanita itu menuju tempat saksi, pejabat itu merasa sangat malu dan menyesal sampai ia pingsan. Kepedihan yang ditunjukkan wanita itu bukanlah balas dendam yang penuh dosa, melainkan api pemurnian cinta. Api itu dikaruniakan Tuhan yang dapat memunculkan penyesalan dan perdamaian. Kasih itu memberi dan mengampuni.
Sahabat, dunia akan menjadi lebih damai di kala kita saling memberi kebaikan. Kejahatan yang dibalas dengan kejahatan hanyalah menimbulkan kematian bagi hidup. Kita saksikan kejahatan Presiden Moamar Kadhafi yang dibalas dengan kejahatan Amerika dan sekutunya hanyalah menghasilkan kematian. Banyak rakyat tak berdosa yang mesti mengakhiri hidupnya dengan sia-sia.
Kisah perempuan pengampun tadi memberi kita inspirasi untuk terus-menerus memperjuangkan kehidupan. Caranya adalah dengan menumbuhkan pengampunan yang mendalam di dalam hatinya. Ia telah kehilangan segala-galanya. Ia tidak ingin membalas kejahatan dengan kejahatan. Karena itu, ia berani mengampuni pembunuh suami dan anaknya. Ia ingin menyalurkan kasih yang telah ia perolah dari Tuhan kepada sesamanya.
Dalam hidup sehari-hari, kita tidak pernah lepas dari dosa dan kesalahan. Hal ini terjadi karena kita manusia lemah. Kita adalah manusia yang terbatas. Kita boleh saja berjanji untuk tidak melakukan lagi dosa dan kesalahan. Namun kita tetap saja jatuh ke dalam dosa dan kesalahan.
Karena itu, yang kita butuhkan adalah pengampunan. Yang kita butuhkan adalah hati yang penuh belas kasihan mau menerima kita kembali. Kalau kita menuntut atau mengharapkan pengampunan dari orang lain, mengapa kita merasa sulit untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita? Mengapa kita enggan untuk menerima permohonan maaf dari sesama kita?
Orang beriman mesti selalu punya hati yang berbelas kasih. Orang beriman mesti selalu menimba kasih Tuhan yang senantiasa mengalir dalam hidupnya. Untuk itu, kita mesti selalu membuka hati kita bagi rahmat Tuhan. Dengan demikian, kita mampu mengampuni sesama yang melakukan dosa dan kesalahan. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
854
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.