Pages

23 Januari 2012

Membangun Cinta yang Tulus

Apa yang akan Anda lakukan kalau Anda mengalami kesulitan dalam membangun kasih dengan sesama? Anda putus harapan? Atau Anda akan berusaha terus untuk merebut kasih itu?

Ada seorang gadis yang sangat merindukan kasih sayang seorang ayah. Selama ini ia merasa bahwa seorang lelaki yang ada di rumahnya hanyalah sosok yang mengerikan. Lelaki itu jarang menyapanya dengan penuh kasih. Ia merasa lelaki itu begitu jauh dari dirinya. Tidak ada ikatan batin yang begitu dekat dengan lelaki itu.

Karena itu, gadis itu tidak merasakan ada sentuhan kasih yang bermakna dari lelaki itu. Menurut ibunya, lelaki itu adalah ayah kandungnya. Lelaki itu pula membiayai seluruh hidupnya. Ia bisa pergi ke sekolah berkat kerja keras lelaki itu. Namun gadis itu merasa bahwa hubungan mereka begitu formal. Hubungan mereka begitu kaku bagai atasan dan bawahan.

“Benar bahwa ia membayar uang sekolahku. Ia juga membiayai kebutuhan hidupku. Tapi sebatas itukah yang disebut kasih sayang seorang ayah? Dia tak lebih daripada seseorang yang harus memenuhi sebuah tuntutan hukum untuk mendampingi diriku. Tetapi ia bukanlah ayahku. Setiap ongkos yang keluar untuk membayar uang sekolahku harus aku bayar dengan derai air mata dan isakan tangis. Harus aku bayar dengan mata yang membengkak. Inikah kasih sayang seorang bapak?” kata gadis itu.

Gadis itu hidup dalam malapetaka. Hatinya tidak tenang. Ia tidak mendapatkan kasih sayang yang sesungguhnya dari seorang ayah. Ia tidak menemukan kehangatan dari seorang ayah. Ia merasa kecewa terhadap hidupnya. Namun suatu hari ia berusaha untuk bangkit. Ia tidak mau menunggu terlalu lama ayahnya berubah. Ia memaksakan diri untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan ayahnya. Hasilnya? Relasi di antara mereka menjadi lebih baik. Mereka boleh bersenda gurau. Ia boleh merasakan kehangatan hati seorang ayah.

Sahabat, apa yang menjadi dasar hidup Anda? Mungkin orang yang mata duitan akan mengatakan bahwa dasar hidupnya adalah uang. Punya uang yang banyak akan menjadikan dirinya mudah untuk membangun masa depannya. Mungkin orang yang mengutamakan kehidupan bersama akan mengatakan bahwa dasar hidup itu adalah membangun kebaikan dalam relasi yang harmonis.

Bagi orang beriman, dasar hidup itu terletak pada cinta yang mendalam terhadap sesama. Hanya dengan mencintai sesama, hidup akan menjadi lebih baik. Orang akan mengalami damai dalam hidupnya di saat cinta akan sesama menjadi dasar hidup. Kisah gadis tadi menunjukkan bahwa ia ingin memiliki cinta yang tulus dari sang ayah. Ia tidak ingin relasi mereka hanya sekedar antara ayah dan anak. Ia ingin mendapatkan sapaan lembut dari seorang ayah.

Untuk itu, orang tidak bisa menunggu satu pihak saja untuk mengusahakan cinta yang tulus itu. Cinta yang tulus akan memiliki kemampuan yang luar biasa, kalau diusahakan bersama. Gadis tadi sungguh-sungguh berusaha untuk memiliki cinta yang tulus itu. Ia tidak tinggal diam. Ia berusaha untuk mendapatkan cinta yang tulus itu. Caranya adalah dengan lebih dahulu membangun cinta itu. Ia tidak hanya menunggu. Ia bergerak. Ia aktif untuk menciptakan cinta yang tulus itu.

Mari kita berusaha untuk menciptakan cinta yang tulus dalam hidup kita dengan berusaha aktif membangun hidup dalam cinta. Dengan demikian, hidup ini menjadi semakin damai dan indah. Hidup ini menjadi suatu kesempatan untuk membahagiakan sesama. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


859

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.