Pages

26 Oktober 2009

Berjuang Meraih Sukses

Setelah berhenti kuliah, Steve Jobs, CEO Apple Computer dan Studio Animasi Pixar, mengalami masa-masa yang tidak selalu menyenangkan. Ia tidak punya kamar kost, sehingga menumpang tidur di lantai kamar teman-temannya.

“Saya mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan. Saya berjalan tujuh mil melintasi kota setiap Minggu malam untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna. Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat berharga,” kata Steve Jobs.

Suatu hari ia tertarik pada Reed College yang mungkin waktu itu adalah yang terbaik di Amerika Serikat dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus, setiap poster, label dan petunjuk ditulis tangan dengan sangat indahnya. “Karena sudah DO (drop out), saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan mengikuti pelajaran. Saya belajar jenis-jenis huruf serif dan sanserif, membuat variasi spasi antarkombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat,” kata Steve Jobs tentang pelajaran yang baru.

Menurutnya, semua itu merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan. Saat itu, ia sama sekali tidak melihat manfaat kaligrafi bagi kehidupannya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika ia mendisain komputer Macintosh yang pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Macintosh adalah komputer pertama yang bertipografi cantik.

Ia berkata, “Seandainya saya tidak DO dan mengambil pelajaran kaligrafi, Macintosh tidak akan memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Macintosh, maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil pelajaran kaligrafi dan PC tidak memiliki tipografi yang indah.”

Apa yang dihasilkan oleh Steve Jobs tidak dalam sekejap. Ia berproses. Ia mengalami jatuh dan bangun. Ia mengalami betapa hidup itu menuntut suatu perjuangan. Kalau saja ia berhenti berjuang, kesuksesan tidak akan ia raih seperti sekarang ini.

Kesuksesan itu tidak diraih dalam waktu yang singkat. Orang mesti mengalami berbagai proses untuk meraih sukses itu. Hal ini tumbuh dalam diri orang-orang yang memiliki keberanian untuk menata hidupnya menjadi lebih baik. Orang yang pengecut biasanya akan gagal di tengah jalan.

Sebagai orang beriman, kita mesti berani untuk mengalami proses kehidupan ini. Kita tidak bisa mengharapkan bulan jatuh dari langit untuk kita nikmati. Kebahagiaan itu tidak datang dalam waktu yang singkat. Namun kebahagiaan itu sudah dimulai, ketika kita memiliki tekad untuk meraih sukses.

Untuk itu, orang yang ingin sukses dalam hidupnya mesti berani berjuang. Ia mesti berani bekerja keras, karena kesuksesan itu biasanya disertai dengan keringat yang membasahi sekujur tubuh.

Mari kita terus-menerus berjuang sambil tetap menaruh iman dan pengharapan kita kepada Tuhan. Dia selalu menyertai kita dengan meringankan perjuangan kita dalam meraih sukses. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
207

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.