Di dalam sebuah rimba tumbuh sebatang pohon jati yang besar di pinggir sebuah sungai. Di samping pohon jati tumbuh serumpun buluh muda. Rumpun buluh selalu menunduk penuh hormat setiap kali angin bertiup menerpanya. Pohon jati tidak setuju dengan kebiasaan buluh itu.
Pada suatu hari pohon jati berkata kepada rumpun buluh, “Kamu Buluh, mengapa kamu selalu merunduk setiap kali angin bertiup? Berdirilah tegak betapapun kencangnya angin bertiup!”
Rumpun buluh menjawab, “Oh pohon jati yang perkasa. Kami ini hanya kecil semampai. Bila kami harus melawan angin, kami tentu harus menanggung akibatnya.”
Dengan sikap dingin dan kembali sibuk dengan urusannya, pohon jati berkata, “Jangan pernah kalah!”
Namun rumpun buluh tidak mau mendengarkan nasihat pohon jati. Pada suatu malam datanglah badai besar. Angin bertiup kencang, menggoyangkan rumpun buluh hampir sampai ke tanah. Rumpun buluh itu tidak marah. Akan tetapi, pohon jati berjuang keras melawan angin, meskipun kali ini angin terlalu keras baginya.
Dalam sekejap pohon jati berderak-derak patah. Ia tergeletak di tanah dalam keadaan menyedihkan. Sementara rumpun buluh terus tunduk kepada angin dan tidak patah.
Pagi harinya, ketika badai telah berhenti, keadaan rumpun buluh tetap baik seperti semula. Tetapi pohon jati yang dulu kokoh dan rimbun kini tinggal sebatang kayu hutan yang patah dan telah mati.
Dalam hidup ini kerendahan hati ternyata masih sangat dibutuhkan. Kerendahan hati itu mampu membuat seseorang bertahan dalam badai dan gelombang kehidupan. Orang yang rendah hati biasanya menghadapi persoalan-persoalan hidup ini dengan tenang. Ia tidak panik. Ia tetap tegar menjalani kehidupan ini. Ia mengandalkan keadaan jiwa yang tidak mudah diobrak-abrik oleh emosi.
Sebaliknya, orang yang sombong biasanya merasa segala sesuatu yang bertentangan dengan dirinya bisa dilawan. Keangkuhan menjadi andalan dalam hidup. Akibatnya, orang seperti ini mudah sekali diobrak-abrik oleh emosi. Ketidaktenangan dalam hidupnya menjadi sasaran empuk. Kesulitan hidup dihadapi dengan hati yang penuh emosi membara. Kesulitan hidup pun sulit diselesaikan.
Sebagai orang beriman, kita ingin hidup dalam kerendahan hati. Orang yang rendah hati itu mampu membuka diri bagi kehadiran Tuhan di dalam dirinya. Orang yang rendah hati itu membiarkan Tuhan terlibat dalam setiap persoalan hidupnya.
Karena itu, lebih bijaksana kita memiliki sikap rendah hati dan berserah diri kepada Tuhan. Hati yang sombong dan keras membantu hanya menambah masalah dalam hidup kita. Hati yang keras itu akhirnya menghancurkan hidup kita sendiri.
Mari kita bangun sikap rendah hati dalam hidup ini. Biarlah Tuhan sendiri yang menjadi andalan hidup kita. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.(115)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.