Seorang pengelana pernah menulis bahwa di suatu wilayah gurun terdapat dua buah danau yang dialiri oleh banyak sungai. Letak danau-danau itu tidaklah berjauhan, namun keduanya menampakkan perbedaan fenomena alam yang luar biasa.
Danau pertama adalah danau biasa berair tawar yang segar. Ia memiliki beberapa anak sungai yang mengalir ke hilir. Ia adalah danau sebagaimana danau lain dengan kehidupan sewajarnya.
Sedangkan danau kedua, yang lebih besar, menjadi keanehan yang tiada taranya. Ia tidak memiliki anak sungai yang mengalirkan airnya ke laut. Hanya sengat panas gurun yang menguapkan airnya. Tak heran, kandungan mineral dan garamnya amat tinggi. Begitu tinggi sehingga kita dapat mengapung di permukaan begitu saja. Hampir-hampir tidak ada kehidupan dalam danau itu. Pantaslah bila peta mencatatnya dengan nama "Laut Mati".
Hidup manusia itu bagai danau. Kalau manusia mau memberi hidup bagi orang lain, ia akan terus-menerus mengalirkan kasih. Ia selalu berkelimpahan meski ia selalu memberi kepada sesama. Rahmat Tuhan senantiasa menyertainya. Ia juga menjadi sahabat bagi banyak orang, karena ia dikenal sebagai orang yang murah hati.
Sebaliknya, manusia akan menjadi seperti danau yang beku, kalau ia tidak peduli terhadap lingkungan di sekitarnya. Banyak orang akan mengeluh berhadapan dengan orang seperti ini. Apa saja yang dibuat orang lain selalu salah dari sudut pandangnya. Hidup menjadi hambar. Tidak ada kasih yang mengalir dari diri orang ini. Orang seperti ini tidak pernah membuka tangannya untuk sesama. Tangannya selalu erat menggenggam.
Dalam kehidupan ini selalu saja muncul orang-orang yang begitu baik. Mereka selalu peduli terhadap sesamanya. Mengapa bisa terjadi? Karena pada dasarnya manusia itu baik. Manusia yang baik itu semestinya memiliki hati yang terbuka kepada Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Manusia yang baik itu membiarkan Tuhan bekerja dalam dirinya.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk tidak hanya berupaya mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Kita diajak untuk berani membagikan apa yang kita punyai kepada orang lain di sekitar kita. Dengan cara ini, kita mampu mengalirkan kasih Tuhan kepada sesama. Kasih Tuhan itu selalu kita peroleh setiap saat. Kita ingin agar kasih Tuhan itu tidak hanya menjadi milik kita. Kita ingin kasih Tuhan itu juga menjadi milik sesama yang ada di sekitar kita. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.147
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.