Suatu hari seorang pemuda tampak begitu loyo. Wajahnya pucat. Ia tidak bergairah. Ia tidak bersemangat. Cara pandangnya kosong. Gerak-geriknya lambat. Ketika ditanya tentang keadaannya, pemuda itu menjawab sekenanya, “Saya tidak lagi enak badan. Tidak usah pikirkan saya.”
Namun teman-temannya tidak ingin pemuda itu tenggelam dalam kondisi seperti itu. Mereka ingin memberinya semangat. Mereka tidak ingin seorang pemuda larut dalam kesedihan yang mendalam. Karena itu, mereka mengajaknya untuk makan bakso.
Begitu mendengar bakso, ia langsung bergairah. Memang, satu-satunya hal yang membuat ia sedikit bergairah ialah kalau ia diajak makan bakso. Paling senang ia makan bakso. Apalagi tidak usah bayar. Ia dapat meluapkan sukacitanya kepada teman-temannya.
Dalam hidup sehari-hari orang bisa mengalami situasi seperti yang dialami pemuda itu. Para pengungsi, misalnya, menjadi loyo karena merasa terbuang. Korban banjir atau bencana alam lainnya juga mengalami hal yang sama. Mereka merasa tidak bergairah untuk hidup. Apa saja yang mereka miliki telah hilang. Seolah-olah mereka hidup tanpa harapan. Masa depan mereka sepertinya sudah habis.
Benarkah demikian? Haruskah situasi tanpa harapan membelenggu hidup manusia yang beriman? Bukankah orang beriman mesti bangkit dari kelesuan hidup? Selalu ada hari esok yang cerah bagi setiap orang beriman. Karena itu, orang beriman tidak perlu larut dalam kondisi tanpa harapan. Masa depan selalu ada. Di hadapan orang beriman selalu terbentang masa depan yang terang benderang.
Untuk itu, orang beriman mesti membangun hidupnya di atas kasih dan persaudaraan. Kasih itu mengatasi segalanya. Orang yang hidup dalam kasih akan menemukan kebahagiaan hidup. Kasih itu mengubah hidup. Mengapa? Karena kasih itu memberi makna yang lebih dalam bagi perjalanan hidup manusia. Kasih itu membangkitkan situasi yang loyo menjadi semangat yang bergairah untuk meneruskan perjalanan hidup.
Tetapi kasih itu tidak datang dengan sendirinya. Orang mesti membangun kasih itu. Orang beriman mesti membuka hatinya bagi kasih Tuhan. Tuhan selalu mengasihi manusia. Ini fakta yang tidak bisa ditolok. Tuhan selalu menawarkan kasihNya kepada manusia meski manusia tidak peduli terhadap kasih Tuhan itu.
Kalau orang beriman mau membangun harapan dan masa depan yang terang benderang, ia mesti memiliki kasih Tuhan. Kasih itu mesti ditumbuhkembangkan di dalam dirinya. Tetapi ia juga mesti menumbuhsuburkan kasih Tuhan itu dalam hidup sehari-hari. Caranya dengan memiliki kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan bantuannya. Ia mesti memiliki tangan yang ringan untuk menolong sesamanya. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
137
19 Agustus 2009
Tuhan selalu Mengasihi Manusia
Label:
kasih,
Tuhan mengasihi manusia
"Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora Palembang pada pukul 23.00 bagi yang tinggal di Palembang dan sekitarnya. " Bagikan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.