Maraknya kasus pembunuhan tahun 2010 lalu, terutama yang menelan korban para remaja di kota-kota besar khususnya Jakarta sungguh membuat hati ini miris. Para korban biasanya “dihabisi” dengan sadis. Selain dengan benturan benda tumpul, akibat nyawa korban melayang adalah dengan sejumlah tusukan benda tajam.
Tentu saja akibat kejadian ini, para orangtua yang ditinggalkan anak tercintanya banyak yang merasa hancur dan remuk hatinya.
Kamis, 27 April 2006 lalu adalah hari yang tidak bisa dilupakan bagi keluarga Hotmana Hutagalung. Hari itu, ia kehilangan putra tercintanya bernama Naek L Gonggom. Walau kejadian yang sangat menyakitkan itu sudah berlangsung hampir empat tahun, namun bagi Hotmana, sang ibunda, masih menyisakan rasa perih di hatinya.
Ia berkata, “Sampai sekarang saya selalu teringat anak saya. Air mata ini rasanya sudah habis.”
Ia mengatakan, jika ia mengeluarkan kesedihan itu dengan menangis, tidak demikian halnya dengan suaminya. Ia berkata, “Suami saya tidak bisa menangis. Tapi dia menahan kesedihan yang sangat mendalam. Akibatnya ia jatuh sakit.”
Namun dalam kondisi seperti itu, ia masih memiliki hati yang pengampun. Ia telah mengampuni komplotan pembunuh anaknya, yaitu paman dan ibu Lidya Pratiwi, yang masih teman anaknya. Menurutnya, dengan mengampuni mereka, ia tidak ingin jatuh sakit akibat beban yang selalu dipikirkannya.
Sahabat, mampukah Anda mengampuni orang yang melakukan kejahatan yang sangat besar terhadap Anda? Mungkin banyak dari Anda yang sulit mengampuni orang yang jelas-jelas telah menyakiti hati Anda. Apalagi sakit hati yang dialami itu demikian dalam. Anda mengalami luka batin yang demikian pedih. Karena itu, rasanya Anda tidak akan dengan mudah mengampuni orang yang telah melukai hati Anda itu.
Atau Anda mungkin memilih waktu untuk menenangkan diri. Anda menyusun strategi yang terbaik untuk mengambil langkah yang tepat. Mudah-mudahan langkah tepat yang akan Anda ambil adalah mengampuni orang yang telah menyakiti hati Anda. Mengapa? Karena hanya dengan cara seperti itu Anda akan lepas dari rasa sakit hati itu. Luka batin yang Anda alami itu akan segera sembuh. Anda tidak perlu lagi punya beban yang mesti Anda pikul terus-menerus.
Kisah Ibu Hotmana tadi dapat menjadi inspirasi bagi kita. Ia rela mengampuni orang yang telah melenyapkan nyawa anaknya. Dengan mengampuni itu, ia tidak perlu menanggung beban yang berat di dalam hatinya. Ia terbebas dari luka batin dan rasa sakit yang terus-menerus menghantui dirinya.
Orang yang berani mengampuni sesamanya yang melakukan dosa terhadapnya akan menemukan sukacita dalam hidupnya. Ia mengalami kelepasan dari setiap bentuk luka batin yang menyayat hatinya. Ia tidak perlu lagi mengingat-ingat dosa sesamanya terhadap dirinya. Masih ada banyak hal lain yang mesti ia lakukan untuk menempuh peziarahan hidup ini. Dengan demikian, ia memiliki sukacita dan damai dalam hidupnya. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora Palembang pada pukul 21.00 bagi yang tinggal di Palembang dan sekitarnya. Atau bisa dibaca di http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
637
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.