Pages

14 Maret 2011

Memperjuangkan Kebaikan bagi Sesama



Saat terjadi krisis ekonomi global pada Perang Dunia II, Konosuke Matsushita ikut terkena dampaknya. Ia baru saja merampungkan pabrik dan kantor untuk memproduksi peralatan listirk bermerek National dan Panasonic. Modal usaha ia pinjam dari Bank Sumitomo. Belum sempat berproduksi secara maksimal, krisis sudah datang.

Kondisi badan Matshusita adalah sering sakit-sakitan akibat gizi kurang di masa kanak-kanak. Tambahan lagi, ia harus bekerja 18 jam sehari, 7 hari seminggu selama 12 tahun merintis usahanya. Hanya semangat hiduplah yang membuatnya masih bisa bernafas.

Dengan punggung bersandr ke tembok rumah, Matsushita mendengarkan laporan tentang kondisi perekonomian yang terus memburuk, ketika managemennya datang menjenguk. Bagaimana tanggapan Matsushita terhadap laporan itu? Ia berkata, “Kurang produksi separonya. Tetapi jangan mem-PHK karyawan. Kita akan mengurangi produksi bukan dengan merumahkan pekerja, tetapi dengan meminta mereka untuk bekerja di pabrik hanya setengah hari.”

Pihak managemen agak kaget mengdengar tanggapan Matsushita. Lantas Matsushita melanjutkan kata-katanya, “Kita akan terus membayar upah seperti yang mereka terima sekarang. Tetapi kita akan menghapus semua hari libur. Kita akan meminta semua karyawan untuk bekerja sebaik mungkin dan berusaha menjual semua barang yang ada di gudang.”

Kebijakannya itu ia petik enam belas tahun kemudian. Waktu itu, Jepang sudah menyerah kalah. Jendral MacArthur menangkap semua pengusaha Jepang yang membantu pemerintah Jepang memprodukusi senjata dan logistik militer lainnya. Matsushita termasuk salah seorang pengusaha yang ditangkap. Namun berkat petisi sebanyak 15.000 pekerja bersama keluarganya untuk membela Matsushita, ia pun dibebaskan. Ia tidak jadi ditangkap dan diadili.

Sahabat, setiap perbuatan baik akan menghasilkan buah-buah yang baik pula bagi kehidupan manusia. Orang yang tidak haus akan kekuasaan dan uang akan menuai kebaikan demi kebaikan dalam hidupnya. Apalagi kalau orang itu memperjuangkan kehidupan banyak orang. Ia pun akan diperjuangkan, ketika ia mengalami kesulitan dalam hidupnya.

Kisah Matsushita tadi memberi inspirasi bagi kita untuk senantisa melakukan hal-hal yang baik dan benar bagi kehidupan orang lain. Artinya, dengan melakukan hal-hal yang baik dan benar itu, orang akan menemukan hidup ini semakin memiliki makna. Orang tidak perlu mencari-cari makna hidup dalam benda-benda atau uang. Orang cukup melakukan perbuatan baik dengan mengorbankan hidupnya bagi sesama.

Sebagai orang beriman, kita diundang untuk senantiasa menemukan cara-cara untuk berbuat baik bagi sesama. Ada begitu banyak cara yang bisa kita temukan dalam hidup ini. Cara-cara itu akan memberikan peluang bagi kita untuk membahagiakan sesama kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi sesuatu yang berguna bagi banyak orang yang kita jumpai. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

632

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.