Siapa tidak kenal Aktris Halle Berry yang kini berusia 43? Tampilannya di film Cat Woman sungguh mempesona. Ia menarik perhatian banyak penonton saat bermain dalam salah satu serial film James Bond atau 007. Namun meskipun ia menjadi salah seorang bintang film tenar, ia masih prihatin terhadap kekerasan dalam rumah tangga yang dialami seseorang.
Kini ia masuk jajaran artis yang ikut menyuarakan kampanye antikekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga. Baginya, kekerasan dalam rumah tangga tak hanya membuat korban terluka. Tetapi juga membuat orang yang menyaksikannya, biasanya anak-anak, menjadi trauma.
Tentang kekerasan, ia berkata, ”Ketika seorang anak melihat ibunya dipukul, ditendang, dan dipukul wajahnya oleh ayahnya, kejadian itu tak hanya membuat anak itu merasa ketakutan. Tetapi ia juga merasa seolah dirinya tak berguna.”
Rupanya kata-kata Berry itu merupakan pengalaman nyata dalam hidup bintang X-Men: The Last Stand tahun 2006 ini. Ia berkata, ”Ayah saya sangat kejam dan kecanduan alkohol. Dia meninggalkan kenangan mengerikan dalam hidup saya.”
Waktu itu, ia mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah ini. Menurutnya, setiap anak yang hidup dalam situasi seperti ini akan mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Mereka cenderung tertutup.
Berry mengaku beruntung, karena ia memiliki seorang guru yang mengenali karakternya. Ia berkata, ”Guru saya melihat kalau saya membutuhkan perhatian. Dia menguatkan saya dengan kasih sayang. Saya merasakan kembali bisa berguna.”
Sahabat, mengapa terjadi kekerasan dalam rumah tangga? Jawaban atas pertanyaan ini sebenarnya gampang, yaitu kurang cinta kasih. Semestinya cinta kasih menjadi andalan utama dalam hidup manusia. Namun cinta kasih itu menjadi suram dalam kehidupan rumah tangga. Alasannya adalah masing-masing anggota keluarga hanya mementingkan diri sendiri.
Pelaku kekerasan dalam rumah tangga hanya mengutamakan pemenuhan keinginannya. Ketika keinginan egoismenya tidak terpenuhi, anggota keluarga yang lain menjadi sasaran. Bisa saja kekerasan dalam rumah tangga itu terjadi terhadap istri, suami atau anak-anak.
Persoalan yang mesti digarap dalam hidup rumah tangga adalah mengapa kurang adanya cinta kasih dalam keluarga itu. Bisa saja terjadi sejak proses terbentuknya sebuah keluarga. Suami istri tidak sungguh-sungguh saling mengenal. Bisa saja yang dikenal ketika masa-masa pacaran adalah hal-hal yang baik saja. Namun sisi-sisi gelap dari kedua orang itu tidak sungguh-sungguh dikenali atau ditemukan. Mungkin mereka saling menyembunyikan sisi-sisi gelap mereka.
Karena itu, sebuah perkawinan yang sehat adalah perkawinan yang sungguh-sungguh dilandasi oleh cinta kasih yang mendalam. Bukan hanya sekedar suka sama suka. Tetapi orang yang menikah itu sungguh-sungguh mengandalkan cinta kasih dalam hidup perkawinan mereka.
Orang yang hidup dalam cinta kasih yang mendalam pasti akan rela menerima kekurangan pasangannya. Tentu saja hal itu terjadi karena ada pengampunan terhadap pasangan yang melakukan dosa dan kesalahan. Mari kita andalkan cinta kasih dalam hidup ini. Dengan demikian, hidup ini semakin damai. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
634
Kini ia masuk jajaran artis yang ikut menyuarakan kampanye antikekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga. Baginya, kekerasan dalam rumah tangga tak hanya membuat korban terluka. Tetapi juga membuat orang yang menyaksikannya, biasanya anak-anak, menjadi trauma.
Tentang kekerasan, ia berkata, ”Ketika seorang anak melihat ibunya dipukul, ditendang, dan dipukul wajahnya oleh ayahnya, kejadian itu tak hanya membuat anak itu merasa ketakutan. Tetapi ia juga merasa seolah dirinya tak berguna.”
Rupanya kata-kata Berry itu merupakan pengalaman nyata dalam hidup bintang X-Men: The Last Stand tahun 2006 ini. Ia berkata, ”Ayah saya sangat kejam dan kecanduan alkohol. Dia meninggalkan kenangan mengerikan dalam hidup saya.”
Waktu itu, ia mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah ini. Menurutnya, setiap anak yang hidup dalam situasi seperti ini akan mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Mereka cenderung tertutup.
Berry mengaku beruntung, karena ia memiliki seorang guru yang mengenali karakternya. Ia berkata, ”Guru saya melihat kalau saya membutuhkan perhatian. Dia menguatkan saya dengan kasih sayang. Saya merasakan kembali bisa berguna.”
Sahabat, mengapa terjadi kekerasan dalam rumah tangga? Jawaban atas pertanyaan ini sebenarnya gampang, yaitu kurang cinta kasih. Semestinya cinta kasih menjadi andalan utama dalam hidup manusia. Namun cinta kasih itu menjadi suram dalam kehidupan rumah tangga. Alasannya adalah masing-masing anggota keluarga hanya mementingkan diri sendiri.
Pelaku kekerasan dalam rumah tangga hanya mengutamakan pemenuhan keinginannya. Ketika keinginan egoismenya tidak terpenuhi, anggota keluarga yang lain menjadi sasaran. Bisa saja kekerasan dalam rumah tangga itu terjadi terhadap istri, suami atau anak-anak.
Persoalan yang mesti digarap dalam hidup rumah tangga adalah mengapa kurang adanya cinta kasih dalam keluarga itu. Bisa saja terjadi sejak proses terbentuknya sebuah keluarga. Suami istri tidak sungguh-sungguh saling mengenal. Bisa saja yang dikenal ketika masa-masa pacaran adalah hal-hal yang baik saja. Namun sisi-sisi gelap dari kedua orang itu tidak sungguh-sungguh dikenali atau ditemukan. Mungkin mereka saling menyembunyikan sisi-sisi gelap mereka.
Karena itu, sebuah perkawinan yang sehat adalah perkawinan yang sungguh-sungguh dilandasi oleh cinta kasih yang mendalam. Bukan hanya sekedar suka sama suka. Tetapi orang yang menikah itu sungguh-sungguh mengandalkan cinta kasih dalam hidup perkawinan mereka.
Orang yang hidup dalam cinta kasih yang mendalam pasti akan rela menerima kekurangan pasangannya. Tentu saja hal itu terjadi karena ada pengampunan terhadap pasangan yang melakukan dosa dan kesalahan. Mari kita andalkan cinta kasih dalam hidup ini. Dengan demikian, hidup ini semakin damai. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
634
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.