Pages

20 Maret 2011

Meningkatkan Kejujuran dan Kesetiakawanan

Soe Hok-gie adalah sosok pemberani. Namun ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Di era Soekarno dan Suharto berkuasa, ia berani mengkritik kebijakan kedua mantan presiden itu. Kebijakan yang tidak pro rakyat, ia kritik melalui tulisan-tulisannya di media massa.

Namun ia juga seorang demonstran yang cukup dikenal di kalangan mahasiswa. Pria yang meninggal di usia 27 ini adalah seorang mahasiswa Universitas Indonesia. Ia meninggal karena menghirup gas beracun ketika mendaki Gunung Semeru bersama teman-teman mahasiswa lainnya.

Kisah heroik Soe Hok-gie adalah ketika ia menghadang panser yang keluar dari istana presiden. Caranya adalah ia tidur telentang di tengah jalan yang hendak dilalui panser tersebut. Peristiwa itu menjadi berita heboh bagi masyarakat. Semua itu ia lakukan untuk menarik perhatian pihak pemerintah terhadap kepentingan rakyat.

Keberanian Soe Hok-gie itu tumbuh atas dasar kejujuran dan kesetiakawanan terhadap rakyat yang sering ditindas. Ia yakin, kesejahteraan akan tumbuh dan berkembang dalam hidup berbangsa dan bernegara. Soalnya adalah kejujuran dan kesetiakawanan sering diabaikan oleh banyak orang.

Sahabat, beberapa waktu lalu berita menghebohkan kita baca dan dengar dari berita-berita, yaitu fasilitas mewah bagi narapidana tertentu di penjara. Dalam sidaknya ke penjara Pondok Bambu, Satgas anti makelar hukum menemukan fasilitas mewah tersebut. Mereka pun kaget luar biasa bahwa ada narapidana tertentu yang diberi fasilitas tersebut.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Tentu saja para narapidana tersebut menikmati kemewahan di penjara itu bukan dalam suasana gratis. Mereka mesti mengeluarkan sejumlah uang sebagai ongkos. Soalnya adalah siapa yang mendapatkan uang sewa tersebut?

Semestinya pihak institusi yang mengelola lembaga pemasyarakatan atau penjara tersebut. Kalau ini yang terjadi, tentu saja penjara tidak perlu kekurangan dana untuk membiayai kebutuhan para narapidana. Istilahnya ada subsidi silang dari narapidana yang menikmati fasilitas mewah itu untuk para narapidana yang bersesak-sesakan di satu sel.

Soalnya menjadi lain, kalau uang sewa itu digunakan oleh oknum tertentu untuk kepentingan dirinya sendiri. Ini namanya ketidakjujuran. Ini yang namanya uang sogok. Bukan uang sewa fasilitas mewah di penjara. Yang namanya uang sogok itu melanggar hukum. Tidak mengindahkan kesetiakawanan terhadap mereka yang menderita.

Kisah tadi memang kontras dengan temuan satgas anti makelar hukum itu. Kisah tadi mengungkap kejujuran dan kesetiakawanan seorang Soe Hok-gie yang berani mati bagi sesamanya. Sedangkan kisah kemewahan fasilitas penjara bagi narapidana tertentu mengabaikan kejujuran dan kesetiakawanan.

Karena itu, mari kita berusaha untuk hidup jujur dan benar di hadapan Tuhan dan sesama. Dengan demikian, kita memiliki kesetiakawanan dengan sesama yang menderita. Tuhan memberkati.**



Frans de Sales, SCJ


636

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.