Ada seorang anak yang sulit sekali memberi. Apa yang dia punya ia pakai sendiri. Kalau ada adik atau kakaknya ingin memakainya, ia akan memarahi mereka habis-habisan. Tidak boleh ada yang menyentuh barang miliki kepunyaannya. Ia tidak ingin orang lain mengganggu miliknya itu. Ia ingin menggunakannya untuk dirinya sendiri saja. Akibatnya, saudara-saudaranya tidak berani mendekatinya. Mereka berusaha menjauhinya. Ia menjadi orang yang terkucil. Ia kesepian sendiri.
Menurut pandangannya, kalau ia memberi miliknya kepada orang lain, ia akan merasa kehilangan yang besar. Ia akan mengalami kekurangan dalam dirinya. Yang dia punyai itu menjadi tidak ada lagi. Karena itu, ia takut untuk memberi apa yang dimiliki kepada orang lain. Bahkan kepada saudara-saudaranya sendiri.
Ia tidak hanya takut memberi apa yang dimilikinya. Ia juga takut memberi dirinya kepada sesamanya. Ketika ada pekerjaan yang dapat dikerjakan bersama-sama, ia menyendiri. Ia tidak mau membantu sesamanya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Tangannya menjadi kaku. Ia tidak punya tangan yang ringan membantu sesama. Lagi-lagi, pandangannya tetap sama. Ia tidak mau kehilangan dirinya. Ia tidak mau ada yang berkurang dari dirinya.
Sahabat, apakah benar ketika orang memberikan sesuatu kepada orang lain ia akan kehilangan atau kekurangan? Apakah benar kalau orang memberi diri untuk kebaikan dan kebahagiaan sesama akan kehilangan dirinya?
Dalam kehidupan sehari-hari kita menyaksikan ada banyak orang yang berani memberikan apa yang dimilikinya. Namun mereka tidak kehilangan atau kekurangan. Justru ketika mereka memberikan milik itu, mereka mendapatkan banyak hal baik dalam hidup mereka. Karena itu, memberi tidak berhubungan dengan kekurangan atau kehilangan. Justru dengan kerelaan memberi itu, orang diberi kemampuan untuk memenuhi hidupnya. Orang menjadi kreatif untuk memiliki tangan yang ringan bagi sesamanya.
Apalagi ketika orang memberikan dirinya untuk kebaikan orang lain. Orang yang berani memberi diri bagi kebaikan dan kebahagiaan sesama akan menemukan hidup itu begitu indah. Ternyata hidup ini memiliki makna yang begitu dalam. Hidup ini tidak hanya sekedar mengurusi diri sendiri. Hidup ini selalu bersentuhan dengan orang-orang lain di sekitarnya.
Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa orang yang tidak berani memberi diri itu orang yang kehilangan banyak hal dalam hidupnya. Ia kehilangan relasi yang baik dengan sesama. Ia kehilangan begitu banyak perbuatan baik yang dapat diberikan oleh orang lain kepadanya. Sebenarnya yang mesti ia lakukan hanya sederhana saja, yaitu membuka diri bagi sesamanya.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa memberi hidup kita bagi sesama kita. Dengan memberi diri itu, kita mampu mengorbankan hidup kita bagi sesama. Dalam pemberian diri itu ada kasih yang memancar dari hati kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
663
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.