Pages

23 April 2011

Sungguh Peduli atau Sok Peduli?



Ada berita menggembirakan beberapa hari lalu (awal Februari 2010) dari para anggota DPRD Sumatera Selatan. Dalam salah satu rapatnya, para wakil rakyat ini menolak rencana distribusi beras untuk rakyat miskin atau raskin oleh Bulog. Alasannya, beras yang akan dibagikan berkualitas jelek, sebab ditemukan banyak patahan sehingga tidak layak dikonsumsi.

Ahmad Jauhari, Wakil Ketua DPRD Sumatera Selatan, mengatakan, Komisi II masih menemukan raskin bermutu jelek saat melakukan pemantauan di gudang Bulog pada Jumat, tanggal 29 Januari lalu (2010). Beras tersebut mengandung banyak patahan atau menir, sehingga tidak layak dikonsumsi masyarakat.

Ia berkata, ”Menyikapi temuan tersebut, DPRD Sumatera Selatan menolak pembagian raskin yang kualitasnya tidak sesuai standar nasional.”

Tindak lanjutnya adalah DPRD Sumsel tidak mengizinkan Bulog mendistribusikan raskin yang jelek. Bulog harus mengganti dengan raskin berkualitas bagus. Menurut Ahmad, Bulog bisa mendatangkan raskin pengganti yang berkualitas bagus dari Lampung atau daerah lain. Sebab, Sumsel cukup dekat dengan daerah lain yang merupakan sentra penghasil beras.

Tindakan ini bukan untuk mempersulit masyarakat. Namun tindakan ini sebagai bentuk kepedulian DPRD Sumsel terhadap masyarakat.

Sahabat, kepedulian pemerintah terhadap rakyat miskin dengan pembagian raskin itu sebenarnya sesuatu yang sangat baik. Pihak penguasa tidak ingin melihat rakyatnya menderita kelaparan. Setidak-tidaknya penderitaan rakyat sedikit diringankan oleh pembagian raskin gratis itu.

Persoalan yang muncul adalah mekanisme pembagian dan mutu beras untuk rakyat miskin itu. Kalau ada kehendak yang baik dan suci untuk meningkatkan gizi masyarakat miskin, semestinya beras kualitas unggul yang diberikan kepada mereka. Dengan demikian, tidak ada kesan bahwa perhatian yang diberikan kepada masyarakat miskin dilakukan dengan setengah hati. Bukankah selama ini masyarakat miskin sudah mengalami penderitaan yang besar? Bukankah masyarakat miskin begitu sering menjadi obyek proyek?

Karena itu, dibutuhkan kesadaran dari semua pihak untuk sungguh-sungguh memiliki hati yang baik bagi pengentasan masyarakat miskin. Kalau masyarakat miskin itu suatu ketika menjadi sejahtera, yang beruntung juga pemerintah dan pengusaha. Ketika mereka menjadi sejahtera, pemerintah mengalihkan pemikiran terhadap hal-hal lain. Ketika masyarakat menjadi lebih sejahtera, daya beli mereka juga menjadi lebih kuat. Yang kemudian untung berlipat ganda adalah pengusaha. Mari kita sungguh-sungguh menciptakan suatu kepedulian yang tulus terhadap sesama yang belum beruntung dari segi ekonomi. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ
Baca juga di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.