Pages

24 April 2011

Bersama-sama Bangun Hidup Persaudaraan

Beberapa waktu lalu di sebuah kebun binatang di California, Amerika Serikat, seekor macan melahirkan dua ekor anaknya. Sayang, kedua anaknya itu tidak lama hidup. Mereka mati. Sang induk sangat sedih menyaksikan dua anaknya yang mati itu. Ia mengalami stress yang luar biasa. Akibatnya, petugas kebun binatang mesti merawatnya secara khusus di tempat yang khusus pula. Ia dipisahkan dari macan-macan lain.

Setelah sembuh dari stressnya, sang induk diberi tiga ekor anak babi yang di punggungnya diberi warna belang-belang seperti macan. Apa yang terjadi? Induk macan itu tertarik terhadap tiga ekor anak babi itu. Ia mendekati mereka. Ia merangkul mereka seperti anaknya sendiri. Yang mengejutkan para petugas kebun binatang itu adalah sang induk pun mulai menyusui tiga anak babi itu. Ia memperlakukan mereka seperti anaknya sendiri. Sungguh, luar biasa. Ia tidak memangsa mereka.

Lama-kelamaan mereka hidup dengan penuh damai. Sang induk melatih tiga anak babi itu berlari. Ia melatih mereka untuk berburu mangsa. Ketiga anak babi itu pun melakukannya dengan penuh semangat. Mereka melakukannya dengan baik. Para pengunjung kebun binatang dibuat berdecak kagum menyaksikan peristiwa itu. Hidup rukun tercipta di antara jenis binatang yang berbeda itu. Sang macan yang ganas tidak serta merta memangsa ketiga babi itu. Sebaliknya, mereka membangun persahabatan yang baik.

Sahabat, tidak ada yang mustahil dalam hidup ini. Kehidupan yang harmonis dan damai dapat tercipta, kalau manusia ingin membangun persaudaraan. Kuncinya terletak pada niat baik setiap orang untuk membangun hidup ini menjadi lebih baik. Niat baik itu mesti selalu didasarkan pada kepedulian satu sama lain. Manusia tidak boleh saling menindas. Yang mesti terjadi adalah situasi saling menghargai. Suatu situasi yang memberi kesempatan orang lain untuk bertumbuh dan berkembang dalam hidupnya.

Tentu saja situasi seperti ini tidak mudah dicapai dalam hidup. Situasi yang harmonis dan damai itu tidak sekaligus jadi. Orang mesti memperjuangkannya. Orang mesti berani untuk mengorbankan kepentingan dirinya sendiri bagi kebahagiaan bersama. Orang yang berani mengorbankan diri bagi kehidupan bersama yang bahagia tentu memiliki suatu cinta yang besar.

Karena itu, orang yang mengandalkan kekuatan diri sendiri akan mengalami kesulitan dalam membangun persaudaraan yang sejati. Orang yang mau menang sendiri akan menemukan kehidupan bersama menjadi penghalang bagi tercapainya keinginan-keinginannya.

Untuk itu, sebagai orang beriman, kita diajak untuk membangun suatu hidup yang harmonis dan damai yang didasarkan pada cinta kasih yang mendalam. Kalau ini yang terjadi, kita akan menemukan hidup ini sungguh-sungguh bermakna. Kita dapat belajar dari induk macan dan tiga anak babi yang dapat hidup bersama dalam kisah tadi. Perasaan senasib sepenanggungan mesti selalu diolah dan dikembangkan dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

662

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.