Ada seorang nenek yang ingin membahagiakan cucunya. Suatu hari ia memasak bubur kesukaan cucunya. Seperempat ayam kampung ia cuil-cuil untuk dicampurkan ke dalam bubur tersebut. Ia berharap cucunya akan menikmati bubur kesukaannya itu. Kali ini ia mau buat kejutan bagi cucunya itu.
Begitu cucunya pulang dari sekolah, sang nenek langsung menghidangkan bubur itu. Melihat bubur kesukaannya, sang cucu langsung melahapnya. Bubur satu mangkok besar itu ia habiskan dalam sekejap.
“Masih ada, nek?” tanya sang cucu.
Sambil tertawa, sang nenek menjawab, “Besok nenek akan masak lagi. Tidak baik kamu makan sebanyak-banyaknya. Kamu akan cepat bosan. Tidak boleh kamu habiskan makanan sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat.”
Sang cucu tidak begitu percaya akan kata-kata sang nenek. Baginya, makanan yang enak itu mesti dihabiskan. Tidak boleh disisakan. Karena itu, dia memaksa neneknya untuk mengambilkan bubur yang menurut dia masih disimpan oleh neneknya. Rupanya mulutnya sudah tidak tahan untuk melahap bubur kesukaannya.
Namun tetap saja sang nenek tidak memenuhinya. Nenek itu mengatakan bahwa cucunya mesti mengendalikan diri. Ia tidak boleh mengikuti keinginannya. “Keinginanmu itu harus kamu kendalikan. Yang berhasil mengendalikan keinginannya akan menemukan hidup ini sebagai sesuatu yang indah. Ia tidak perlu menderita, karena terlanjur mengikuti keinginannya,” kata nenek itu.
Sahabat, pernahkah Anda berusaha untuk mengendalikan keinginan Anda? Misalnya, Anda ingin sekali makan bakso kepala sapi, namun Anda sedang diet. Kalau Anda makan, Anda akan melanggar diet Anda. Anda sudah tahu akibatnya, yaitu berat badan tubuh Anda tidak bisa turun. Atau Anda akan mengalami serangan stroke yang berat. Tentu saja Anda akan mengalami suatu pergulatan batin. Anda dituntut untuk menggunakan kebebasan Anda untuk memutuskan: apakah Anda memilih untuk hidup sehat atau mengalami penderitaan.
Orang yang mampu mengendalikan keinginan dirinya akan menemukan hidup ini sebagai sesuatu yang menggembirakan. Hidup ini terasa ringan. Orang mampu memutuskan untuk memilih yang baik dan benar bagi hidupnya. Tidak gampang untuk mengendalikan diri. Mengapa? Karena banyak orang ingin hidup enak. Padahal hidup yang enak itu belum tentu membahagiakan. Hidup yang enak bisa menjerumuskan orang ke dalam kegelapan hidup.
Banyak orang memilih untuk mengikuti keinginan-keinginan mereka. Sebenarnya mereka sadar bahwa keinginan-keinginan itu dapat menjerumuskan hidup mereka ke dalam kebinasaan. Namun mereka kurang peduli. Mereka lebih memilih untuk memenuhi keinginan mereka. Kalau sudah terlanjur, lalu mereka menyesal. Ingat, sesal kemudian tidak berguna.
Karena itu, sebagai orang beriman, kita diajak untuk mampu mengendalikan keinginan-keinginan diri kita. Kita mesti sadar bahwa tidak setiap keinginan mesti dipenuhi. Ada keinginan yang tidak perlu dipenuhi, karena tidak menyangkut kebutuhann primer. Tidak dipenuhi tidak apa-apa. Mari kita berusaha mengendalikan keinginan-keinginan diri kita. Dengan demikian, kita dapat tumbuh dalam suasana yang baik dan menggembirakan. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
782
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.