Ada seorang tukang cukur yang sangat berpengalaman. Setiap hari ia mendapatkan pelanggan sekitar dua puluh orang. Ia sangat sibuk dengan pekerjaan itu. Namun ia melakukan pekerjaan itu dengan sangat bersukacita. Ia melakukannya bukan karena terpaksa. Ia melakukannya demi orang-orang yang ia cintai.
Suatu hari ia mendapat pelanggan seorang yang terpandang di kotanya. Orang itu sangat terkenal. Tidak ada orang yang tidak mengenalnya. Dengan penuh semangat ia memotong rambut orang terkenal dan terpandang itu. Ia ingin memberikan yang terbaik bagi orang terpandang itu. Ia ingin agar orang terpandang tampil semakin anggun dan berwibawa. Ia tidak ingin memalukan orang terkenal itu.
Sambil memotong rambut orang itu, ia berkata, “Bapak, saya tidak tahu mengapa bapak datang ke tempat saya hari ini. Tetapi saya sangat bersukacita. Bapak mau menaruh kepercayaan kepada saya. Saya tidak akan sia-siakan kepercayaan bapak.”
Orang terpandang itu tersenyum mendengar kata-kata tukang cukur itu. Lalu ia berkata, “Bapak, saya bisa saja pergi ke salon yang lebih canggih untuk memotong rambut saya. Namun saya memilih bapak untuk memotong rambut saya. Saya datang ke tempat bapak bukan karena bayarannya lebih murah. Tidak! Saya yakin, bapak tidak akan membuat saya malu. Bapak akan mengerjakannya dengan penuh tanggung jawab.”
Tukang cukur itu sangat bersyukur atas kepercayaan yang diberikan orang terpandang itu. Ia memotong rambut orang terpandang itu dengan sangat rapih dan baik sekali. Ia ingin memberikan yang terbaik bagi orang terpandang itu.
Sahabat, seseorang yang dipercaya untuk melakukan hal-hal besar akan mengerjakannya dengan sebaik-baiknya. Ia ingin membuktikan diri sebagai orang yang dapat dipercaya. Ia ingin menunjukkan bahwa ia adalah orang yang dapat diandalkan untuk melakukan sesuatu yang besar. Ia ingin mempertanggungjawabkan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Namun kepercayaan itu mesti didasari oleh kasih. Orang tidak hanya mengerjakan suatu pekerjaan demi pekerjaan itu. Namun orang mesti disemangati oleh kasih yang mendalam kepada sesamanya. Tukang cukur dalam kisah tadi tidak mengerjakan pekerjaan itu untuk pekerjaan itu. Ia mengerjakannya karena ada kasih yang mendalam kepada sesamanya. Kasih itu mendorong dirinya untuk melakukan pekerjaan itu. Ia menjadi bahagia.
Pertanyaan bagi kita adalah apakah apa yang kita lakukan itu didasarkan pada kasih yang mendalam kepada sesama kita? Atau kita melakukan suatu pekerjaan hanya karena kewajiban saja? Banyak orang melakukan suatu pekerjaan karena kewajiban. Orang merasa wajib melakukan suatu pekerjaan karena ia mesti bertanggung jawab atas sesamanya. Atau ada orang yang melakukan suatu pekerjaan karena merasa malu kalau dikatakan tidak punya pekerjaan.
Sebagai orang beriman, tentu kita tidak demikian. Kita ingin melakukan suatu pekerjaan, karena didorong oleh kasih yang berkobar-kobar kepada sesama. Dengan demikian, kita bekerja dengan lepas bebas. Tidak terbebani oleh kewajiban-kewajiban tertentu. Kita memiliki daya dorong yang kuat dari kasih yang besar kepada sesama. Mari kita lakukan suatu pekerjaan karena cinta kasih kita kepada sesama. Dengan demikian, hidup kita menjadi lebih damai. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
779
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.