Piala Dunia 2010 sudah digelar di Afrika Selatan. Ratusan pemain dari 32 negara membuktikan aksi mereka dalam mengolah bola. Spanyol muncul sebagai kampiun. Sementara itu, banyak pula dari pemain-pemain berbakat ingin memperkuat negaranya. Mereka berkompetisi. Mereka berusaha untuk menjadi salah satu anggota dari tim mereka.
Tidak demikian dengan gelandang Inggris, Paul Scholes. Padahal ia sempat ditawari oleh pelatih Fabio Capello untuk masuk ke skuad untuk Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Ia menolak karena menghormati jasa rekan-rekannya yang telah berhasil membawa Inggris ke putaran final Piala Dunia.
Sejak Euro 2004, Scholes memutuskan mundur dari skuad tim Inggris yang berjuluk The Three Lions ini. Alasannya, ia lebih memilih berkonsenterasi bersama klubnya Manchester United. Komitmen Scholes itu pun tak sia-sia. Ia berhasil membawa "Setan Merah" meraih tiga gelar Premier League, juara Liga Champions dan juara Piala Dunia Antarklub.
Melihat performa yang cukup konsisten dan pengalaman yang dimilikinya, Capello berniat membawa Scholes ke Afrika Selatan. Selain Scholes, Capello juga memanggil bek tengah Liverpool, Jamie Carragher. Sementara Caragher mengaminkan keinganan Capello, Scholes malah menolak.
Scholes menolak karena tak ingin "mencuri" posisi rekannya yang telah berhasil membawa Inggris ke putaran final. Tentang penolakannya, Paul Scholes berkata, “Pemain dalam skuad telah menghabiskan waktu hampir dua tahun untuk membawa Inggris lolos. Sedangkan aku sudah lama tak membela Inggris. Aku tidak ingin mencuri posisi seseorang yang telah berjasa mengantarkan Inggris ke Afrika Selatan.”
Sahabat, inilah sikap kesatria dari seorang kompetitor. Ia menyadari diri bahwa ia mesti memberikan tempatnya kepada mereka yang telah berjuang. Ia tidak ingin merebut tempat mereka hanya untuk popularitas dirinya sendiri.
Dalam hidup ini banyak orang haus akan popularitas. Mereka berjuang habis-habisan demi merebut popularitas itu. Mereka tidak peduli bahwa akibat ambisi mereka orang lain akan mengalami penderitaan. Mereka punya prinsip, yang penting saya senang dan meraih keinginan diri saya. Yang penting popularitas diri saya terus-menerus memuncak.
Benarkah sikap seperti ini? Tentu saja orang boleh punya ambisi dalam hidup ini. Namun orang mesti sadar bahwa ambisi mesti diikuti oleh suatu kerja keras. Kalau orang tidak mau bekerja keras untuk meraih keinginannya, orang akan mengambil jalan pintas. Kalau orang punya harta yang banyak, orang akan menggunakannya untuk menghancurkan diri orang lain. Yang penting dirinya sendiri mengalami sukacita dan bahagia dalam hidup ini.
Kisah tadi mau mengajak kita untuk memiliki penghargaan terhadap orang lain. Kalau kita tidak mampu melaksanakan suatu pekerjaan, kita mesti ikhlas untuk menyerahkan kepada mereka yang mampu. Kalau kita tidak berjerih payah untuk suatu usaha, kita juga mesti fair untuk tidak memetik hasilnya. Janganlah kita menuai di tempat di mana kita tidak menanam dan merawatnya. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
773
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.