Manusia hidup dalam perjalanan yang membuat manusia haus dan lapar secara rohani. Namun sebenarnya manusia tidak perlu cemas, karena Tuhan senantiasa memberikan perlindungan. Tuhan juga senantiasa memberikan kelegaan bagi manusia.
Suatu hari seorang musafir merasa haus luar biasa. Air di dalam tempat yang biasa ia bawa ternyata sudah habis. Terpaksa ia mesti mendekati sungai untuk mendapatkan air. Sudah sepuluh kilometer ia berjalan, ia belum juga menemukan rumah penduduk. Yang ia jumpai hanyalah hutan belantara.
Musafir itu akhirnya menemukan sebuah sumber air kecil setelah kilometer ke-13 dari perjalanannya hari itu. Begitu menemukan sumber air kecil itu, ia langsung bersujud. Ia mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Betapa kerinduannya itu ia temukan. Ia boleh menyegarkan tenggorokannya dengan seteguk air yang segar.
Ia menyorongkan kedua belah tangannya ke sumber air itu. Sambil tersenyum, musafir itu meneguk air yang jernih. Ia tidak peduli akan mengalami sakit perut, karena minum air yang belum direbus. Yang penting baginya adalah tenggorokannya segera terbebas dari rasa haus.
“Sekarang saya boleh menyegarkan rasa haus saya. Saya dapat melanjutkan perjalanan saya dengan tenang. Saya tidak perlu cemas lagi,” katanya dalam hati.
Musafir itu lalu memenuhi botol-botol yang kosong di ranselnya. Ia membawanya pergi bersamanya setelah menghilangkan penatnya di tempat itu.
Sahabat, dalam hidup ini banyak orang mengalami lapar dan haus. Ada yang lapar dan haus secara fisik. Artinya, tidak punya makanan dan minuman yang cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka ini perlu dibantu, agar mereka tidak mati kelaparan. Bagaimana pun mereka adalah sesama kita yang mesti mendapatkan pertolongan. Mereka adalah bagian dari hidup kita.
Namun ada pula yang mengalami lapar dan haus secara rohani. Ada berbagai alasan orang mengalami lapar dan haus dalam hal ini. Bisa saja orang kurang memiliki pengetahuan rohani. Atau orang kurang mendalami hidup rohaninya. Atau orang sama sekali tidak tertarik akan hidup rohani.
Kisah di atas mengajak kita untuk mencari dan menemukan sumber kehidupan rohani kita. Sang musafir menemukan sumber air yang menghilangkan dahaganya. Manusia yang lapar dan haus secara rohani mesti berusaha untuk menemukan Tuhan sebagai sumber kehidupannya. Ketika orang menjauhkan diri dari Tuhan, orang akan mengalami kekeringan dalam hidupnya.
Seorang bijak mengatakan bahwa Tuhan adalah mata air kehidupan. Karena itu, setiap orang yang datang kepada Tuhan akan mendapatkan air kehidupan. Orang itu akan disegarkan dengan meminum air pemberian dari Tuhan. Kita yakin bahwa Tuhan memberikan kasihNya sendiri sebagai air kehidupan yang memberi hidup kepada kita.
Untuk itu, orang beriman mesti percaya akan penyelenggaraan Tuhan. Hanya Tuhan yang menjadi andalan hidup manusia. Hanya Tuhan yang mampu memberikan air kehidupan untuk menyegarkan dahaga rohani manusia.
Orang mesti menyerahkan hidup ke dalam kuasa Tuhan. Hanya dengan cara demikian, orang dapat melepaskan diri dari dahaga rohani. Mari kita terus-menerus menimba air kehidupan dari Tuhan, karena Tuhanlah sumber kehidupan dan keselamatan kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
SIGNIS INDONESIA/Tabloid KOMUNIO
1080
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.