Pages

23 Maret 2014

Selektif terhadap Tawaran-tawaran



Apa yang akan Anda lakukan, ketika tawaran-tawaran dari berbagai produk mendatangi Anda? Anda menolaknya? Atau Anda menerimanya dengan sukacita?

Ketika kembali dari Eropa, Dwight David Eisenhower (1890-1961), Presiden Amerika Serikat ke-34, berbicara kepada wartawan: “Seluruh dunia lapar akan kedamaian. Para pakar militer memberi tahu kemungkinan terjadinya perang nuklir yang mengerikan pada masa mendatang. Bencana akan menimpa umat manusia sebagai konsekuensinya. Hal ini merupakan rencana yang amat disukai iblis saat dia dengan terampil memintal jaringannya di seluruh dunia.”

Menurut Eisenhower, setiap negara yang dapat melaksanakan perdamaian, dapat mengendalikan dunia. Iblis akan memiliki seorang manusia super yang dapat melakukan hal itu. Dia akan menguasai dunia dengan bakat dan kemampuannya, sehingga dunia yang terkagum-kagum akan bertanya, “Siapa yang mampu berperang dengannya?”

Sahabat, kekuatiran Eisenhower itu juga menjadi kekuatiran manusia zaman sekarang. Ada banyak ketimpangan dalam hidup manusia. Manusia di zaman sekarang terancam hidupnya oleh berbagai dekadensi. Ada dekadensi moral dengan munculnya seks bebas. Ada dekadensi dalam kehidupan bersama. Orang semakin mengutamakan kepentingan dirinya sendiri. Egoisme dan kepentingan kelompok bertumbuh menjadi semakin kuat. Akibatnya, orang hanya peduli terhadap diri sendiri.

Muncul juga kelompok-kelompok yang anti agama yang menyebar ke dalam kehidupan bermasyarakat. Yang mereka bawa tampaknya baik-baik saja. Yang mereka bawa itu mudah meninabobokan manusia. Mereka berusaha untuk membahagiakan manusia dengan ajaran-ajaran yang mereka bawa itu.

Namun di balik itu semua, mereka punya misi tertentu untuk menguasai kehidupan manusia. Mereka punya misi tertentu untuk menjauhkan manusia dari Tuhan. Dengan berbagai cara, mereka mengajak manusia untuk mengandalkan diri sendiri. Banyak orang akan tersesat jalannya. Agama yang selama ini mengajarkan kebaikan dan kebenaran akan ditinggalkan.

Nah, apa jadinya kalau situasi seperti ini menimpa diri kita? Tentu saja kita akan merasa terombang-ambing. Nilai-nilai moral yang kita junjung tinggi selama ini akan lenyap begitu saja. Tidak akan bernilai banyak lagi bagi kita. Nilai-nilai itu menjadi hampa dalam hidup kita. Persaudaraan dan persahabatan yang kita bangun selama ini akan lenyap begitu saja. Seolah-olah menguap tanpa bekas. Lantas apa yang menjadi pegangan hidup kita? Kita akan bingung.

Karena itu, kita perlu hati-hati terhadap berbagai tawaran yang datang kepada kita. Kita mesti seleksi setiap tawaran yang kita peroleh itu. Kalau tidak sesuai dengan nilai-nilai moral dan kehidupan yang kita anut selama ini, kita mesti singkirkan. Dengan demikian, hidup kita menjadi lebih bermakna.

Bagi orang beriman, Tuhan tidak menjadi pemain cadangan dalam hidup kita. Namun Tuhan sungguh-sungguh menjadi satu-satunya pedoman hidup kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan yang indah untuk memuliakan Tuhan. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

SIGNIS INDONESIA/Tabloid KOMUNIO

1082

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.