Setiap orang yang ingin berbuat baik mesti melakukannya dengan hati yang tulus. Kalau tidak, orang akan merasa berbeban berat dalam hidup ini. Orang akan merasa terpaksa dalam melakukan hal-hal yang berguna bagi orang lain.
Ada seorang ibu yang selalu memperhitungkan apa saja yang dilakukannya. Setiap hal yang ia lakukan, ia selalu menilainya dengan uang atau materi. Karena itu, ia tidak mau kehilangan waktu untuk hal-hal yang ia anggap tidak berguna. Baginya, time is money. Ia menolak setiap orang yang mengajaknya untuk terlibat dalam kehidupan masyarakat dan sosial. Apalagi kalau kegiatan-kegiatan itu tidak menguntungkan bagi dirinya secara materi.
Akibatnya, ibu ini tidak pernah diajak oleh teman-temannya untuk berbagai kegiatan yang ada di lingkungannya. Mereka enggan bergaul dengan orang yang mengukur segala sesuatu dengan materi atau uang. Bagi mereka, orang seperti ini hanya menjadi duri dalam daging. Orang seperti ini tidak memiliki kepedulian terhadap sesamanya.
Orang mesti melakukan sesuatu dengan setulus hatinya. Orang yang melakukan suatu kebaikan mesti mendasarkan perbuatannya di atas cinta yang mendalam terhadap sesamanya. Dengan demikian, orang akan menemukan kebahagiaan dan damai dalam hidupnya. Orang tidak perlu mengukur kebahagiaan dan damai itu dengan materi atau uang. Ibu yang nahas itu akhirnya tidak punya sahabat untuk bertukar pikiran dan berwawan hati. Ia hidup sendiri. Ia menjadi orang yang kesepian.
Sahabat, apa pun yang kita lakukan semestinya kita lakukan dengan kebaikan hati. Hati yang baik itu mencerminkan orang yang mau terlibat dalam kehidupan sesamanya. Orang memiliki kepedulian terhadap sesamanya. Orang yang mau berjuang bukan hanya untuk keselamatan dirinya sendiri, tetapi juga keselamatan orang lain.
Memang, tidak mudah melakukan sesuatu dengan kebaikan hati. Hati manusia sering terselubungi egoisme dan kepentingan diri yang berlebihan. Kalau untuk kepentingan diri sendiri, manusia selalu berjuang mati-matian. Manusia tidak peduli akan terhadap berbagai rintangan yang menghadangnya. Yang ia lakukan adalah menyelamatkan dulu dirinya sendiri. Tentu saja hal seperti ini menjadi suatu tantangan tersendiri dalam hidup bersama.
Karena itu, orang mesti berani berkorban bagi kehidupan ini. Orang mesti memiliki hati yang tulus untuk melakukan sesuatu dengan motivasi yang baik. Seorang bijak berkata, “Kalau busur Anda patah dan anak panah terakhir telah dilontarkan, tetaplah membidik.” Kata-kata bijak ini mau mengatakan bahwa perbuatan baik yang kita lakukan mesti datang dari hati yang tulus. Orang tidak boleh berhenti berbuat baik, ketika ada halangan dan rintangan.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk terus-menerus melakukan perbuatan baik dengan hati yang tulus. Hanya dengan cara ini, kita dapat menemukan sukacita dan bahagia dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
1066
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.