Pages

17 Maret 2014

Mengandalkan Kehendak Tuhan



Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan tantangan. Kalau kita tidak bertahan dalam tantangan, kita akan binasa. Karena itu, yang kita butuhkan adalah tuntunan dari Tuhan.

Menyadari bahwa hidupnya tidak akan lama lagi, seorang nenek menyerahkan hampir satu kilogram emasnya kepada cucu tersayangnya. Emas sebanyak itu ia kumpul sejak ia masih gadis. Ketika menikah, emasnya semakin banyak. Pasalnya, sang suami selalu memberi uang untuk ia kelola. Kelebihan pengelolaan itu ia belikan emas. Lama-kelamaan ia memiliki emas dalam jumlah hampir satu kilogram itu.

Kepada cucunya, ia berkata, “Kamu harus simpan emas ini baik-baik. Jangan ada yang tahu. Kalau kamu punya kebutuhan yang mendesak, kamu boleh jual setengahnya.”

Sang cucu begitu bahagia menerima pemberian cuma-cuma dari sang nenek. Ia berkata kepada sang nenek, “Saya sangat bahagia mendapatkan emas ini. Tetapi tentu saja saya tidak akan serta merta menggunakannya. Bagi saya, emas ini membantu saya untuk meraih kebahagiaan dalam hidup.”

Sang nenek tersenyum mendengar pernyataan cucunya. Ia yakin, sang cucu tidak akan menghambur-hamburkan harta yang telah ia kumpulkan dengan susah payah itu. Ia yakin, cucunya akan menggunakannya dengan bijaksana.

Nenek itu berkata, “Dengan berbagai cara saya telah mengumpulkan emas dalam jumlah yang besar ini. Ini kemampuan yang diberikan oleh Tuhan. Tuhan telah memberi saya kemampuan untuk berusaha. Kamu juga mesti menggunakan kemampuanmu untuk meraih kebahagiaan dalam hidup.”

Sang cucu kemudian memeluk sang nenek. Ia berjanji untuk setia mengembangkan dirinya. Ia berjanji untuk mengembangkan pemberian sang nenek dengan sebaik-baiknya.

Sahabat, hidup manusia di dunia ini singkat. Banyak orang mengharapkan umur yang panjang, tetapi kenyataan bisa berkata lain. Ada yang ingin hidup seratus tahun, tetapi di usia belum 50 tahun mereka telah mengakhiri perjalanan hidup mereka di dunia ini. Orang bahkan tidak punya kuasa atas diri mereka.

Orang Jawa mengatakan bahwa hidup itu hanya mampir minum. Artinya, hidup itu sebentar. Seorang bijaksana mengatakan bahwa hidup manusia seperti suatu giliran jaga malam. Hidup ini seperti mimpi, seperti bunga dan rumput. Hidup manusia seperti angin dan bayangan. Hidup manusia seperti uap, sebentar ada lalu lenyap

Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa hidup yang singkat ini mesti disiasati dengan bijaksana. Jangan hidup yang singkat ini dilalui dengan duka nestapa. Orang mesti melalui hidup yang singkat ini dengan meraih kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup ini. Meski hidup ini singkat, orang mesti menata hidupnya. Dengan demikian, hidup ini tidak hilang seperti angina atau menguap lenyap begitu saja.

Orang beriman tentu saja tidak mengandalkan diri sendiri dalam menata hidupnya. Tetapi orang beriman mesti menata hidupnya bersama Tuhan. Orang beriman selalu memikirkan apa yang Tuhan kehendaki bagi perjalanan hidupnya yang singkat ini. Tentu saja Tuhan menghendaki manusia hidup dalam kasih Tuhan. Artinya, orang beriman senantiasa membuka hatinya untuk menerima kasih Tuhan. Setelah itu, orang beriman mengalirkan kasih itu kepada sesamanya. Janganlah kasih itu hanya menjadi milik diri sendiri.

Hal ini tidak mudah, karena orang mesti memperjuangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Orang mesti menata hidupnya menjadi orang yang berguna bagi dirinya dan sesamanya. Untuk itu, mengandalkan kehendak Tuhan menjadi segala-galanya dalam kehidupan yang singkat ini. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT


1077

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.