Banyak orang tidak gampang meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukan. Mengapa? Karena mereka merasa bahwa harga diri mereka akan jatuh, kalau nanti sungguh-sungguh dikethaui bahwa apa yang telah mereka lakukan itu salah. Akibatnya, mereka tetap bertahan pada pandangan dirinya sendiri. Padahal kalau orang berani menyatakan maaf atas kesalahan yang diperbuatnya, tentu situasi menjadi lebih baik. Mungkin hubungan yang kurang baik dapat dijalin kembali.
Mantan pesumo grand champion bernama Asashoryu meminta maaf kepada para mantan koleganya, sebulan setelah ia menyatakan diri pensiun dari olahraga tradisional Jepang tersebut. Asashoryu yang berusia 29 tahun merupakan pesumo asal Mongolia dengan nama asli Dolgorsurengiin Dagvadorj.
Ia berkata, “Saya Asashoryu atau yang pernah bernama itu, merasa menyesal bahwa selain memenangi Piala Kaisar (Jepang), saya juga sering menimbulkan masalah."
Grand champion ini memang beberapa kali terlibat pertikaian dengan otoritas sumo Jepang, terutama mengenai perilakunya. Ia akhirnya diminta mengundurkan diri setelah ketahuan mabuk dan berkelahi di luar sebuah klab malam di Tokyo. Otoritas sumo kemudian meminta dia mengundurkan diri daripada menghadapi ancaman pemecatan.
Ia ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Ia berkata, “Saya sangat berterimakasih atas dukungan Anda, sehingga mampu menjadi juara Piala Kaisar sebanyak 25 kali. Saat ini saya sudah berusia 30 tahun dan saya harap saya akan memasuki fase kehidupan baru dengan baik.”
Sahabat, kita hidup dalam kebersamaan dengan orang lain. Kita ini adalah makhluk sosial yang senantiasa memiliki relasi dengan sesama. Apa yang kita buat selalu memiliki dampak terhadap kehidupan bersama itu. Karena itu, ketika kita melakukan suatu kesalahan atau dosa, orang lain pun akan menerima dampaknya. Mereka merasakan akibat dari kesalahan atau dosa kita itu.
Untuk itu, kita diajak untuk berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi dampak negatif perbuatan kita terhadap orang lain. Kalau toh kita telanjur melakukan kesalahan atau dosa, kita diharapkan untuk berani meminta maaf. Hanya dengan cara itu, kehidupan bersama kita menjadi lebih normal lagi. Kita dapat berbagi kebaikan di antara kita. Kita dapat menemukan sukacita dan kebahagiaan dalam hidup ini.
Kisah di atas mau mengajak kita untuk berani dengan tulus hati meminta maaf atas kesalahan yang kita lakaukan. Kita tidak perlu mempertahankan pendapat kita yang jelas-jelas telah mengakibatkan kesulitan dalam hidup orang lain.
Orang yang memiliki niat yang tulus untuk memperbaiki keadaan yang kurang baik akan mendapatkan pahala dalam hidupnya. Mari kita berusaha untuk hidup baik di hadapan Tuhan dan sesama. Dengan demikian, hidup kita menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Tabloid KOMUNIO/Majalah FIAT
1065
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.