Pages

22 Maret 2014

Semangat Mengampuni Sesama yang Bersalah

Apa yang akan terjadi, ketika orang yang sangat dekat dengan Anda melakukan kesalahan dan dosa terhadap Anda? Saya rasa, Anda akan mengalami sakit hati yang luar biasa. Namun ketika Anda tidak mengampuni kesalahannya, dia akan terus-menerus menyakiti hati Anda.

Suatu hari, seorang ibu bersungut-sungut. Pasalnya, suaminya selalu pulang tengah malam dalam keadaan mabuk berat. Ia sudah tidur lelap, tetapi selalu terganggu oleh suaminya yang menggedor-gedor pintu depan. Setiap kali setelah membuka pintu, suaminya selalu marah-marah. Ia juga membentak istrinya berkali-kali, seolah-olah istrinya yang melakukan kesalahan.

Tidak tahan dengan situasi itu, ibu itu mendatangi seorang bijaksana. Ia meminta nasihat dari orang bijaksana itu. Ia menceritakan peristiwa-peristiwa yang dialaminya bersama suaminya. Salah satunya adalah mabuk berat yang dihadapi suaminya setiap malam. Ia merasa suaminya telah mengingkari janjinya untuk tidak minum minuman keras.

Ibu itu berkata kepada orang bijaksana itu, “Saya tidak tahan hidup dalam kondisi seperti ini. Setiap malam suami saya selalu mabuk berat. Tidak hanya saya saja yang terganggu. Anak-anak saya juga merasa sangat terganggu. Mereka tidak bisa belajar hal-hal yang baik dari orangtua mereka.”

Sambil tersenyum, orang bijaksana itu berkata, “Ini adalah beban yang mesti kamu tanggung. Namun Anda mesti mendoakan suamimu, agar ia meninggalkan kebiasaan jeleknya. Lebih mudah menyalahkan suamimu. Tetapi menurut saya, Anda lebih baik mengampuninya.”

Ibu itu merasa, selama ini ia tidak pernah mendoakan suaminya. Ia lebih sering mengumpat-umpat suaminya. Ia memojokkan suaminya. Sejak bertemu dengan orang bijaksana itu, ibu itu mulai mendoakan suaminya. Setiap kali ia menemukan suaminya dalam keadaan mabuk berat, ia menjamahnya dengan kasih. Ia tidak mengumpat-umpatnya seperti dulu lagi. Hasilnya luar biasa. Perlahan namun pasti, sang suami mulai menghentikan kebiasaannya minum minuman keras.

Sahabat, memang lebih mudah mengumpat-umpat orang-orang yang melakukan kesalahan kepada kita. Kita lebih mudah memojokkan orang-orang yang melakukan dosa. Sementara ketika kita melakukan kesalahan dan dosa, kita menuntut orang lain memaafkan atau mengampuni kita.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk terus-menerus peduli terhadap orang yang bersalah dan berdosa terhadap kita. Kita boleh membenci kesalahan dan dosa yang diperbuatnya. Namun kita tetap mengasihi orang yang melakukan kesalahan dan dosa itu. Dengan mengasihi, kita berharap orang yang melakukan kesalahan dan dosa itu akan bertobat. Dia kita beri kesempatan untuk memperbaiki diri.

Kita mesti menyadari bahwa setiap orang pernah melakukan kesalahan dan dosa. Kita bukan manusia sempurna. Kita manusia yang lemah. Namun dalam ketidaksempurnaan dan kelemahan itu kita ingin menjadi manusia yang baik dalam kehidupan ini.

Mari kita terus-menerus berjuang untuk menjadi manusia yang baik dan benar di hadapan Tuhan dan sesama. Kita tidak hanya bersungut-sungut terhadap kesalahan dan dosa orang lain. Tetapi kita mencari cara-cara untuk membantu sesama menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales SCJ

Tabloid KOMUNIO/SIGNIS INDONESIA

1081

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.