Pages

20 Agustus 2009

Mewartakan Kebaikan Tuhan

Setiap hari seorang kepala suku Indian selalu bersaksi tentang betapa baiknya Tuhan bagi hidupnya. Di mana saja, kapan saja dan kepada siapa saja, ia pasti menceritakan betapa besar kasih Tuhan atas dirinya. Teman-temannya heran melihat sikap kepala suku itu. Apalagi sebelumnya ia selalu mengandalkan kemampuan dirinya sendiri.

Karena itu, mereka bertanya, “Mengapa Anda selalu membicarakan kebaikan Tuhan? Apa tidak ada topik pembicaraan lain yang lebih menarik?”

Kepala suku itu terdiam sejenak. Lalu ia mengumpulkan rumput dan ranting-ranting pohon yang ada di sekitarnya. Dengan bahan-bahan itu, ia membuat sebuah lingkaran kecil. Kemudian di tengah-tengah lingkaran itu ia meletakkan seekor ulat. Teman-temannya semakin heran melihat perbuatannya. Namun mereka menahan diri untuk tidak bertanya lebih jauh.

Lantas ia menyalakan api dan menyulut rumput dan ranting yang membentuk lingkaran itu. Dengan cepat api menyala dan ulat yang berada di tengah-tengahnya menggeliat mencari jalan keluar dari panas yang membara itu. Namun sia-sia saja perbuatannya itu. Sebentar lagi ulat itu akan hangus ditelan api yang kian berkobar. Tetapi ketika api semakin mendekati ulat, ulat itu mengangkat kepalanya setinggi-tingginya. Ia mengharapkan pertolongan. Ia tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Ia butuh pertolongan dari luar dirinya.

Beberapa saat kemudian kepala suku itu mengulurkan jari telunjuknya kepada ulat yang sedang mengangkat kepalanya. Dengan cepat ulat itu merapat di jari tangan kepala suku itu lalu keluar dengan selamat.

Kepala suku itu berkata, “Seperti itulah kebaikan Tuhan kepada saya. Saya ini orang berdosa yang terancam hukuman di api neraka yang kekal. Saya sungguh-sungguh tidak berdaya. Saya sudah terjebak dalam dosa yang begitu ngeri. Tetapi belas kasihan Tuhan telah menyelamatkan saya. Bukankah Tuhan begitu baik?”

Memang Tuhan itu baik. Tuhan tidak memandang betapa besar dosa manusia. Tuhan mau menyelamatkan manusia, meskipun begitu banyak dosa manusia. Meskipun manusia sering membangkang dan tidak setia, Tuhan tetap setia. Tuhan terus-menerus mendekati manusia untuk menawarkan belas kasihanNya.

Sadarkah manusia akan kebaikan Tuhan ini? Bukankah manusia lebih suka mengandalkan kemampuan dirinya sendiri? Bukankah manusia lebih setia kepada dirinya sendiri, meskipun dosa dan kejahatan sering menjadi bagian hidupnya? Kalau manusia mau menerima belas kasihan Tuhan, pasti Tuhan akan selalu hadir dalam hidupnya. Namun Tuhan selalu hadir dalam setiap pergumulan hidup manusia. Tuhan juga hadir dalam kegelapan dan penderitaan manusia.

Karena itu, orang beriman mesti selalu memberi kesaksian tentang kebaikan Tuhan. Di mana pun, kapan pun dan kepada siapa pun semestinya kita menceritakan bahwa Tuhan itu sungguh baik. Tuhan selalu terlibat dalam suka dan duka hidup kita. Mari kita senantiasa setia kepada Tuhan, karena Tuhan lebih dahulu telah setia kepada kita. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

139

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.