Pages

08 Mei 2010

Berusaha Tetap di Jalan yang Benar



Sudah lama seorang pemuda mengembara di sebuah hutan yang sangat lebat. Ia dapat menikmati indah dan nyamannya hutan. Suatu hari, ia ingin keluar dari hutan itu. Ia berkata dalam hati, “Sekarang saya yakin untuk menemukan jalan yang benar untuk keluar dari hutan ini.”

Namun hari itu ia tidak menemukan jalan keluar. Setelah berhari-hari mencari jalan keluar, ia tidak juga menemukan jalannya. Ia hampir putus asa. Namun di waktu malam ia melihat nyala obor yang berada jauh di depannya. Cahaya obor itu makin lama makin mendekat kepadanya. Dan akhirnya ia bertemu dengan orang yang membawa obor itu.

Awalnya pemuda itu merasa cemas. Ia takut kalau-kalau orang yang ia jumpai itu seorang perampok yang bermaksud merampas barang-barang miliknya. Meski begitu, ia berani bertanya kepada orang itu. “Saudara, maukah Anda mengatakan kepada saya jalan keluar dari hutan ini? Saya telah mengembara di dalam hutan ini beberapa minggu. Namun waktu saya mau keluar, saya tidak dapat menemukan jalan keluar,” kata pemuda itu.

Orang itu berkata kepadanya, “Saudara, saya juga tidak tahu jalan keluar, sebab saya juga tersesat. Tetapi inilah yang dapat saya katakan. Jangan lewati lagi jalan yang telah saya lalui ini. Sebab saya tahu bahwa itu bukan jalan keluar. Sekarang, marilah kita mencari bersama-sama jalan keluar dari hutan ini.”

Kadang-kadang orang tersesat dalam perjalanan. Pepatah kuno mengatakan, jangan malu bertanya, kalau Anda tersesat di jalan. Soalnya, mengapa orang bisa sesat di jalan? Ada banyak sebab. Mungkin orang sungguh-sungguh tidak tahu jalan yang benar. Mungkin ada orang yang kurang punya daya ingat tentang jalan. Akibatnya, setiap kali melewati jalan yang sama ia selalu tersesat. Atau ada juga yang kurang punya perhatian. Yang penting lewati saja suatu jalan.

Nah, kalau mau tidak tersesat, orang mesti memiliki strategi-strategi. Misalnya, menghafal tanda-tanda yang ada di jalan tersebut atau menghafal rumah-rumah yang ada di sekitar jalan itu. Atau membawa peta dalam kendaraan atau di saku baju.

Sebagai orang beriman, kita kadang-kadang juga tersesat. Kita tidak mengikuti ajaran agama yang sudah kita pelajari. Akibatnya, kita jatuh ke dalam dosa. Kita mudah tergoda oleh kesenangan-kesenangan duniawi. Untuk itu, kita butuh rambu-rambu.

Setiap hari kita sudah berjuang untuk tetap setia kepada Tuhan. Kesetiaan itu menjadi sangat bermakna, kalau kita tetap berada di jalan Tuhan. Kita tidak menyimpang ke jalan lain yang menjerumuskan kita. Karena itu, mari kita bangun hati yang bersih, agar kita tetap setia kepada Tuhan yang kita sembah. Tuhan selalu setia kepada kita dengan melindungi kita dari marabahaya. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

371

Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.