Ada empat orang yang berjalan melewati hutan yang lebat sekali. Semakin jauh berjalan, mereka menghadapi berbagai aral yang melintang di depan mereka. Rintangan yang terakhir adalah sebuah tembok yang tinggi.
Lantas mereka sepakat untuk membuat tangga dan menaiki tembok tinggi itu. Mereka ingin melihat apa yang sesungguhnya ada dan terjadi di balik tembok itu. Satu per satu mereka bergantian menaiki tembok itu. Ketika orang pertama naik dan melihat ke seberang tembok itu, ia sangat bersorak kegirangan. Ia menari-nari di atas tembok yang lebar itu.
Lalu orang kedua naik ke atas tembok itu. Lama ia tertegun di atas tembok itu. Ia sangat mengagumi pemandangan alam di balik tembok itu. Ia melambai-lambaikan tangannya seolah di sana berdiri teman-temannya. Ia bersorak kegirangan.
Orang yang ketiga juga mengalami hal yang sama. Hari itu ia dapat tertawa terbahak-bahak menyaksikan kehidupan di balik tembok itu. Baginya, itulah kehidupan yang mesti dijalani oleh seluruh makhluk. Bagaimana tidak?! Singa dan harimau dapat bermain-main dengan domba dan kambing. Ada kedamaian dan sukacita di sana.
Ketika orang keempat sampai ke atas tembok itu, ia juga sangat kegirangan. Ia menyaksikan pemandangan indah penuh bunga-bunga. Ada sungai yang mengalir tenang dengan buah-buahan yang segar di atas pohon-pohon. Seperti tiga temannya yang lain, ia juga mau turun ke sebelah. Tetapi ia mengurungkan niatnya. Ia ingat akan keluarganya, teman-temannya dan tetanggga-tetangganya. Ia pun pulang ke kampung halamannya. Ia membagikan kabar sukacita itu kepada sahabat-sahabatnya.
Adalah tugas setiap orang beriman untuk membagikan kabar sukacita kepada sesamanya. Kebahagiaan yang kita terima itu bersifat sosial pula. Bukan hanya untuk diri kita sendiri. Karena itu, kabar sukacita yang kita alami itu juga menjadi bagian hidup sesama yang kita jumpai.
Syaratnya adalah kabar sukacita itu murni sebuah kebaikan dan kebajikan. Kita tidak mau memberitakan kabar sukacita karena ada teman kita yang kaya mendadak karena korupsi atau menang dalam suatu perjudian. Itu bukan kabar kebaikan dan kebajikan. Itu suatu kabar tipu muslihat. Suatu kabar yang membuat banyak orang menderita karena perbuatan korupsi atau judi itu.
Karena itu, kabar sukacita yang mau kita sampaikan kepada keluarga, teman-teman dan tetangga-tetangga kita adalah sukacita karena hasil dari suatu kerja keras. Misalnya, kita naik golongan karena kita bekerja dengan penuh kejujuran, ketulusan dan keuletan. Itulah kabar sukacita yang mau kita beritakan kepada sesama. Tujuannya agar sesama memperoleh dukungan moral dalam melakukan kegiatan-kegiatannya untuk meraih masa depannya yang lebih cerah.
Setiap hari kita telah bekerja keras untuk membangun hidup yang lebih baik. Kita mau agar dengan begitu kita memperoleh suatu hasil yang memadai. Karena itu, mari kita bawa dan persembahkan jerih payah kita itu kepada Tuhan. Biarlah Dia yang memberikan kelegaan kepada kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
387
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.