Seorang raja yang hendak menikah harus membuat suatu perjalanan yang lama dan panjang. Hari-hari, bulan-bulan dan tahun-tahun berlalu tanpa suatu berita pun dari sang raja. Tunangannya menanti dengan sedih, tetapi tanpa kehilangan harapan bahwa sang raja akan kembali.
Beberapa sahabat gadis itu berkata dengan rasa belaskasihan yang palsu, “Teman yang malang, nampaknya kekasihmu sudah melupakan engkau. Dia tidak akan pernah kembali.”
Gadis itu sangat bersedih hati mendengar kata-kata sahabat-sabahatnya. Ia mengurung diri di kamar berhari-hari. Air matanya sudah begitu banyak ia tumpahkan. Beberapa saat kemudian ia mengambil surat terakhir dari sang raja. Dalam surat itu sang raja bersumpah bahwa dia tetap setia dan sungguh mencintainya.
Gadis itu merasa dikuatkan kembali oleh tulisan tangan sang raja. Ia berhenti menangis. Batinnya terasa damai. Semangatnya pulih kembali. Dia terus menanti dengan sabar hingga sang raja kembali.
Sesudah bertahun-tahun, sang raja itu pulang. Ia menepati janjinya untuk tidak menikah dengan gadis lain di negeri yang jauh. Meski begitu, ia heran melihat gadis pujaannya masih menanti kedatangannya.
Dalam suasana kagum, ia bertanya kepada gadis itu, “Bagaimana mungkin engkau tetap setia kepadaku? Padahal sudah bertahun-tahun lamanya saya meninggalkan kerajaan ini?”
Sambil menatap mata raja itu, gadis itu menjawab, “Rajaku, saya masih tetap menyimpan suratmu. Saya tetap percaya akan kata-katamu.”
Sang raja terharu. Padahal ia sudah lupa isi surat yang ia tulis sendiri dengan tangannya itu.
Kesetiaan itu ternyata sesuatu yang bisa dilakukan. Tentu saja ada motivasi mendalam yang membuat seseorang setia kepada yang lain. Motivasi yang paling mencolok adalah kesetiaan yang didasari oleh cinta kasih. Cinta telah mendorong orang untuk memiliki ketahanan dalam komitmen bersama.
Dalam kisah tadi, cinta sang raja telah mendorong gadis itu untuk penuh pengharapan menanti kedatangannya. Ia percaya bahwa cinta itu akan mempersatukan mereka dalam bahtera perkawinan. Suatu perkawinan yang tidak didasari oleh cinta dan kesetiaan cepat atau lambat akan hancur berkeping-keping.
Mengapa perselingkuhan begitu marak dalam dunia dewasa ini? Karena tidak ada cinta yang mendalam di antara pasangan-pasangan. Kalau tidak ada cinta yang mendalam, kesetiaan satu terhadap yang lain pun mudah luntur. Akhirnya, perselingkuhan terjadi. Orang merasa dikhianati oleh pasangannya. Karena itu, keretakan hidup berkeluarga sangat mudah terjadi.
Sebagai orang beriman, cinta merupakan perwujudan iman dalam situasi yang konkret. Suami istri yang beriman itu mesti menunjukkan imannya dengan cinta yang mendalam akan pasangannya. Percuma mereka menyatakan diri sebagai orang beriman, tetapi tidak saling mencintai secara mendalam.
Setiap hari ini kita mengalami cinta dan kesetiaan yang mendalam dari orang-orang di sekitar kita. Mari kita bawa cinta dan kesetiaan itu dalam hidup kita. Dengan demikian, kita selalu disemangati oleh cinta dan kesetiaan dalam hidup yang nyata. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
390
Bagikan
Beberapa sahabat gadis itu berkata dengan rasa belaskasihan yang palsu, “Teman yang malang, nampaknya kekasihmu sudah melupakan engkau. Dia tidak akan pernah kembali.”
Gadis itu sangat bersedih hati mendengar kata-kata sahabat-sabahatnya. Ia mengurung diri di kamar berhari-hari. Air matanya sudah begitu banyak ia tumpahkan. Beberapa saat kemudian ia mengambil surat terakhir dari sang raja. Dalam surat itu sang raja bersumpah bahwa dia tetap setia dan sungguh mencintainya.
Gadis itu merasa dikuatkan kembali oleh tulisan tangan sang raja. Ia berhenti menangis. Batinnya terasa damai. Semangatnya pulih kembali. Dia terus menanti dengan sabar hingga sang raja kembali.
Sesudah bertahun-tahun, sang raja itu pulang. Ia menepati janjinya untuk tidak menikah dengan gadis lain di negeri yang jauh. Meski begitu, ia heran melihat gadis pujaannya masih menanti kedatangannya.
Dalam suasana kagum, ia bertanya kepada gadis itu, “Bagaimana mungkin engkau tetap setia kepadaku? Padahal sudah bertahun-tahun lamanya saya meninggalkan kerajaan ini?”
Sambil menatap mata raja itu, gadis itu menjawab, “Rajaku, saya masih tetap menyimpan suratmu. Saya tetap percaya akan kata-katamu.”
Sang raja terharu. Padahal ia sudah lupa isi surat yang ia tulis sendiri dengan tangannya itu.
Kesetiaan itu ternyata sesuatu yang bisa dilakukan. Tentu saja ada motivasi mendalam yang membuat seseorang setia kepada yang lain. Motivasi yang paling mencolok adalah kesetiaan yang didasari oleh cinta kasih. Cinta telah mendorong orang untuk memiliki ketahanan dalam komitmen bersama.
Dalam kisah tadi, cinta sang raja telah mendorong gadis itu untuk penuh pengharapan menanti kedatangannya. Ia percaya bahwa cinta itu akan mempersatukan mereka dalam bahtera perkawinan. Suatu perkawinan yang tidak didasari oleh cinta dan kesetiaan cepat atau lambat akan hancur berkeping-keping.
Mengapa perselingkuhan begitu marak dalam dunia dewasa ini? Karena tidak ada cinta yang mendalam di antara pasangan-pasangan. Kalau tidak ada cinta yang mendalam, kesetiaan satu terhadap yang lain pun mudah luntur. Akhirnya, perselingkuhan terjadi. Orang merasa dikhianati oleh pasangannya. Karena itu, keretakan hidup berkeluarga sangat mudah terjadi.
Sebagai orang beriman, cinta merupakan perwujudan iman dalam situasi yang konkret. Suami istri yang beriman itu mesti menunjukkan imannya dengan cinta yang mendalam akan pasangannya. Percuma mereka menyatakan diri sebagai orang beriman, tetapi tidak saling mencintai secara mendalam.
Setiap hari ini kita mengalami cinta dan kesetiaan yang mendalam dari orang-orang di sekitar kita. Mari kita bawa cinta dan kesetiaan itu dalam hidup kita. Dengan demikian, kita selalu disemangati oleh cinta dan kesetiaan dalam hidup yang nyata. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
390
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.