Sebut saja namanya Mery. Hampir setiap hari ia merasa resah dan gelisah. Lantas tumbuh perasaan dalam dirinya bahwa hidup ini sia-sia. Ia ingin mengakhiri hidupnya. Pasalnya, ia merasa tidak ada yang menaruh perhatian padanya. Tiada seorang pun yang mencintai dia. Padahal ia punya paras yang cantik. Tutur katanya juga baik. Tetapi itulah fakta, ia merasa dirinya tidak laku-laku.
Akibatnya, ia pun mengalami kelesuan dalam hidupnya. Ia kurang bergairah dalam pekerjaannya. Untuk hal ini, ia pernah ditegur oleh bosnya. Suatu hari Mery jatuh sakit. Di rumahnya ia tinggal sendirian. Ayah dan ibunya sedang pulang ke kampung, ke rumah neneknya. Adik-adiknya pun berangkat bersama orangtuanya. Dalam keadaan sakit seperti itu, ada seorang teman kantornya yang justru mengunjunginya. Bukan hanya mengunjunginya, tetapi ia juga membawakan semangkok bubur ayam kesukaan Mery.
Setelah menyantap bubur ayam dari teman sekantornya itu, Mery berkata kepada temannya itu, “Ternyata selama ini saya salah. Saya selalu merasa bahwa saya tidak dicintai oleh orang lain. Bahkan oleh kedua orangtua saya dan adik-adik saya. Saya merasa teman-teman di kantor sudah meninggalkan saya sendirian. Saya mohon maaf, teman.”
Sambil menatap mata Mery dalam-dalam, temannya itu menyahut, “Mery, kami semua di kantor mencintaimu. Bos juga menyayangimu. Selama beberapa hari ini kami merasa kehilanganmu.”
Hati Mery terasa tenteram, damai. Ternyata masih ada cinta yang tertanam dalam hati teman-temannya. Ia memiliki semangat lagi untuk meneruskan hidup yang sudah ia vonis sia-sia itu. Kondisi tubuhnya yang sakit itu segera pulih. Keesokan harinya, ia kembali ke kantor untuk bekerja.
Ternyata cinta mampu memberi semangat hidup kepada mereka yang merasa dicuekin orang lain. Cinta yang tulus mampu membangkitkan semangat hidup yang sudah hilang. Dan inilah yang sering dialami manusia jaman kini. Manusia jaman kini begitu mudah kehilangan cinta. Mengapa? Karena cinta mereka hanya di bibir saja. Tidak merasuk sampai di hati. Cinta seperti ini sering kali membuat hidup menjadi loyo, tak bertenaga. Orang merasa hidupnya tak bermakna, sia-sia.
Karena itu, dibutuhkan suatu cinta sejati, cinta yang murni yang datang dari hati yang tulus. Tidak dibuat-buat karena ada maunya. Cinta seorang sahabat yang rela mengorbankan waktu, tenaga dan kesenangannya bagi sesamanya. Mencintai berarti melihat aspek baik dari orang lain. Cinta yang tulus itu menutup segala kekeliruan, rasa sakit hati, kebencian dan dendam yang mungkin pernah tertanam dalam hati. Cinta sejati itu memberi tanpa mengharapkan balasannya. Inilah letaknya kebesaran cinta yang tulus itu.
Setiap hari ini kita mengalami betapa banyak orang peduli terhadap kita. Ada yang rela melepaskan jaketnya untuk kita pakai, ketika kita merasa dingin menusuk tulang-tulang kita. Ada yang rela membawakan kita secangkir kopi atau teh kesayangan kita. Ada yang menyediakan waktunya untukk menjemput kita dan mengantar kita pulang ke rumah. Itu semua bentuk-bentukk cinta sejati yang dilakukan dengan tulus hati.
Karena itu, kita patut mensyukurinya karena semua bentuk cinta itu telah digerakkan oleh Dia yang memiliki cinta sejati, yaitu Tuhan sendiri. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
391
Bagikan
Akibatnya, ia pun mengalami kelesuan dalam hidupnya. Ia kurang bergairah dalam pekerjaannya. Untuk hal ini, ia pernah ditegur oleh bosnya. Suatu hari Mery jatuh sakit. Di rumahnya ia tinggal sendirian. Ayah dan ibunya sedang pulang ke kampung, ke rumah neneknya. Adik-adiknya pun berangkat bersama orangtuanya. Dalam keadaan sakit seperti itu, ada seorang teman kantornya yang justru mengunjunginya. Bukan hanya mengunjunginya, tetapi ia juga membawakan semangkok bubur ayam kesukaan Mery.
Setelah menyantap bubur ayam dari teman sekantornya itu, Mery berkata kepada temannya itu, “Ternyata selama ini saya salah. Saya selalu merasa bahwa saya tidak dicintai oleh orang lain. Bahkan oleh kedua orangtua saya dan adik-adik saya. Saya merasa teman-teman di kantor sudah meninggalkan saya sendirian. Saya mohon maaf, teman.”
Sambil menatap mata Mery dalam-dalam, temannya itu menyahut, “Mery, kami semua di kantor mencintaimu. Bos juga menyayangimu. Selama beberapa hari ini kami merasa kehilanganmu.”
Hati Mery terasa tenteram, damai. Ternyata masih ada cinta yang tertanam dalam hati teman-temannya. Ia memiliki semangat lagi untuk meneruskan hidup yang sudah ia vonis sia-sia itu. Kondisi tubuhnya yang sakit itu segera pulih. Keesokan harinya, ia kembali ke kantor untuk bekerja.
Ternyata cinta mampu memberi semangat hidup kepada mereka yang merasa dicuekin orang lain. Cinta yang tulus mampu membangkitkan semangat hidup yang sudah hilang. Dan inilah yang sering dialami manusia jaman kini. Manusia jaman kini begitu mudah kehilangan cinta. Mengapa? Karena cinta mereka hanya di bibir saja. Tidak merasuk sampai di hati. Cinta seperti ini sering kali membuat hidup menjadi loyo, tak bertenaga. Orang merasa hidupnya tak bermakna, sia-sia.
Karena itu, dibutuhkan suatu cinta sejati, cinta yang murni yang datang dari hati yang tulus. Tidak dibuat-buat karena ada maunya. Cinta seorang sahabat yang rela mengorbankan waktu, tenaga dan kesenangannya bagi sesamanya. Mencintai berarti melihat aspek baik dari orang lain. Cinta yang tulus itu menutup segala kekeliruan, rasa sakit hati, kebencian dan dendam yang mungkin pernah tertanam dalam hati. Cinta sejati itu memberi tanpa mengharapkan balasannya. Inilah letaknya kebesaran cinta yang tulus itu.
Setiap hari ini kita mengalami betapa banyak orang peduli terhadap kita. Ada yang rela melepaskan jaketnya untuk kita pakai, ketika kita merasa dingin menusuk tulang-tulang kita. Ada yang rela membawakan kita secangkir kopi atau teh kesayangan kita. Ada yang menyediakan waktunya untukk menjemput kita dan mengantar kita pulang ke rumah. Itu semua bentuk-bentukk cinta sejati yang dilakukan dengan tulus hati.
Karena itu, kita patut mensyukurinya karena semua bentuk cinta itu telah digerakkan oleh Dia yang memiliki cinta sejati, yaitu Tuhan sendiri. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
391
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.