Seorang pelukis keliling berhenti di suatu kota kecil sambil berharap akan memperoleh pekerjaan untuk hari itu. Salah seorang kliennya terkenal sebagai seorang pemabuk di kota itu. Dia kotor. Janggutnya semrawut. Pakaiannya sangat kumal.
Begitu melihat pelukis keliling itu, dia duduk di depan pelukis itu. Dia meminta untuk dilukis sesuai dengan segala gaya yang dia inginkan. Kadang-kadang ia memiringkan kepalanya sambil tersenyum. Kadang-kadang ia berjongkok dan berkacak pinggang. Sementara pelukis itu terus melukisnya.
Setelah jadi, ia menyerahkan lukisan itu kepada pemabuk itu. Setelah beberapa lama mengamati lukisan itu, ia berteriak, “Ini bukan saya!”
Soalnya, hasil lukisan itu sangat berbeda dengan kondisi wajahnya saat itu. Wajah pemabuk di lukisan itu sangat rapih. Karena itu, ia protes. Tidak biasanya ia tampil rapih seperti di lukisan itu.
Pelukis itu berkata kepadanya, “Pak, itu wajah bapak yang sebenarnya. Apa yang bapak ekspresikan selama ini hanyalah pelampiasan dari kondisi hidup bapak.”
Pemabuk itu berkata dengan sangat heran, “Apa? Ini kondisi hidup saya yang seharusnya? Tetapi tidak ada yang mau peduli terhadap hidup saya. Istri saya selalu melecehkan saya. Dia acuh tak acuh terhadap saya.”
Pelukis itu memandang wajah pemabuk itu dalam-dalam. Ia menyaksikan sinar mata yang begitu jujur dari pemabuk itu. Lalu ia berkata, “Kalau bapak ingin orang lain peduli terhadap bapak, bapak semestinya peduli terhadap diri sendiri.”
Pemabuk itu langsung memeluk pelukis itu. Ia menangis sejadi-jadinya. Beberapa saat kemudian, ia berkata, “Saya mau jadi seperti lukisan wajah saya ini.” Ia pun memeluk erat lukisan itu di dadanya.
Banyak persoalan hidup yang kita hadapi semestinya tidak membuat kita frustrasi. Masih ada begitu banyak jalan dan cara bagi kita untuk menghadapi setiap persoalan hidup kita. Frustrasi hanya akan membuat hidup kita semakin suram. Karena itu, orang mesti menghadapi setiap persoalan hidupnya dengan siasat-siasat yang baik.
Sebagai orang beriman, kita mesti tetap berpegang teguh pada iman kita akan Tuhan. Tuhan telah mempercayakan hidup ini kepada kita untuk kita kembangkan. Untuk itu, orang mesti senantiasa mengembangkan hidupnya. Inilah bagian dari iman. Orang yang membiarkan kemampuan dan bakat-bakatnya tidak dikembangkan sebenarnya memiliki iman yang dangkal. Ada sedikit persoalan datang menghadang, dia sudah takut, cemas lalu lari dari hadapan Tuhan.
Mari kita kuatkan hidup kita. Mari kita berserah diri kepada Tuhan dengan hidup baik di hadapanNya. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.
Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
374
Bagikan
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.