Pages

29 Mei 2010

Mengagumi Ciptaan Tuhan

Suatu hari di tahun 1995, di musim dingin, saya mengagumi patung salju yang dibuat oleh seorang seniman di kota Milwaukee, Amerika Serikat. Saya meraba-raba patung salju itu. Halus. Bersih meski kekuningan. Indah. Ketika diterpa matahari siang, warna patung itu menjadi keemasan. Karena udara dingin hingga minus 10 derajat celcius, patung itu tidak cair.

Saya mengagumi patung es itu, karena itulah pertama kali saya menyaksikannya. Teman-teman saya bilang bahwa kalau suhu udara naik sampai satu derajat celcius, patung itu akan mencair. Lama-kelamaan patung itu hilang, menjadi air yang membasahi bumi.

Tetapi karena Kota Milwaukee termasuk kota yang dingin, bisa-bisa sampai tujuh bulan, maka patung itu bisa berdiri lama di tengah kota. Untuk itu, saya meminta teman saya untuk mengabadikan patung itu bersama saya. Ini menjadi suatu kenangan yang tak akan pernah hilang.

Suatu hari lain di musim panas, pada minggu kedua bulan Mei, saya kembali terpesona oleh indahnya bunga-bunga tulip di botanical garden yang tidak jauh dari rumah kami. Menurut pengelola di botanical garden itu, bunga tulip hanya mekar pada minggu kedua bulan Mei. Setelah itu tahun depan baru muncul dan mekar lagi.

Bagi saya, ini sesuatu yang luar biasa. Ini suatu misteri alam yang mempesona. Karena itu, hampir setiap hari saya mendatangi botanical garden untuk menikmati warna-warni bunga-bunga tulip. Memang, di tempat itu juga terdapat bunga mawar dengan berbagai warna, bunga dahlia dengan berbagai warna dan bunga krisant serta bunga aster dengan berbagai warna pula. Semua itu membangkitkan rasa kagum saya pada alam dan juga sang pencipta.

Pernahkah Anda merasa kagum atau terpesona terhadap sesuatu yang indah atau menakjubkan mata Anda? Kalau Anda masih memiliki rasa kagum atau terpesona, berarti Anda masih memiliki hidup yang sehat. Tetapi kalau tidak, Anda sudah dalam proses kematian. Mengapa? Karena kagum atau terpesona itu getaran kehidupan. Orang yang tidak mampu terpukau dalam ketakjuban, orang itu praktis sudah mati.

Kekaguman atau keterpesonaan itu membangkitkan gairah untuk hidup. Orang yang mudah terpesona itu orang yang mengakui ada sesuatu yang agung dan luhur yang mengatasi dirinya. Keterpesonaan mendorong orang untuk memiliki sikap penyerahan yang lebih mendalam kepada Sang Khalik. Orang yang kagum itu orang yang rendah hati. Orang yang ingin tahu lebih lanjut tentang yang dikaguminya itu.

Karena itu, mari kita pupuk dan kembangkan rasa kagum kita terhadap apa yang kita lihat dan amati. Kita dapat belajar dari pengamatan kita betapa indah dunia ini, betapa besarnya karya Tuhan bagi kita. Mari kita bawa setiap keterpesonaan kita dalam hidup ini. Tuhan memberkati. **





Frans de Sales, SCJ

NB: Dengarkan Renungan Malam di Radio Sonora (FM 102.6) untuk mereka yang tinggal di Palembang dan sekitarnya, pukul 21.55 WIB.

Juga bisa dibaca di: http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com


392
Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.