Karl Marx adalah seorang penganut atheis. Dialah yang menciptakan Marxisme, sebuah aliran atheisme yang besar. Baginya, manusia ini hanyalah materi. Manusia berasal dari peristiwa evolusi yang berlangsung jutaan tahun. Manusia hanyalah benda yang memiliki tubuh. Tidak ada jiwa dalam diri manusia. Kalau manusia mati, tubuhnya itu kembali menjadi materi. Tidak perlu lagi ia memikirkan tentang hidup sesudah mati. Setelah mati, ya sudah.
Karena itu, hadirnya agama-agama hanyalah sebuah ilusi. Agama hanya mengajarkan mimpi-mimpi mengenai hidup sesudah kematian yang sebenarnya tidak ada. Agama hanya menjadi alat hiburan bagi manusia. Dia menyebut agama sebagai opium bagi masyarakat. Agama mengajarkan sesuatu yang tidak nyata. Agama hanya memberi hiburan murahan kepada manusia.
Ajaran Karl Marx itu berkembang subur di Eropa. Banyak orang mengikuti ajaran-ajarannya. Mereka mengira bahwa hidup ini akan berakhir tanpa meninggalkan sesuatu yang bermakna. Setelah orang menghembuskan nafasnya, hidup ini pun berakhir. Tidak ada lagi hidup sesudah kematian.
Sahabat, benarkah pandangan Marx di atas? Bukankah manusia memiliki jiwa yang memberi hidup kepada tubuh yang materi itu? Bukankah jiwa itu menyemangati manusia untuk senantiasa melakukan hal-hal yang baik dalam hidup ini? Bukankah tanpa jiwa, manusia tidak memiliki daya apa-apa?
Orang beriman selalu yakin bahwa manusia memiliki tubuh dan jiwa. Keduanya merupakan dua bagian yang tak terpisahkan. Manusia yang hidup tanpa jiwa adalah manusia yang tidak punya arah hidup yang jelas. Manusia yang hanya mementingkan keinginan tubuh jasmaninya saja. Biasanya kepuasan-kepuasan jasmani itu tidak bertahan lama. Kepuasan jasmani itu membuat orang cepat lapar dan haus.
Karena itu, hidup manusia mesti diimbangi oleh kekokohan jiwanya. Orang yang terus-menerus memelihara semangat jiwanya, semangat roh. Mengapa? Karena manusia tidak hanya dihidupi oleh yang jasmani, yang materi. Tetapi orang juga diberi kekuatan oleh semangat yang berkobar, agar sungguh-sungguh menemukan makna dalam kehidupan ini. Orang seperti ini akan menerima ada kehidupan setelah pengembaraannya di dunia ini berakhir. Orang seperti ini akan terus-menerus memperjuangkan kehidupan yang baik dan benar.
Orang beriman yakin bahwa agama yang dianutnya bukan sekedar sebuah hiburan yang memberikan impian-impian. Namun orang yang sungguh-sungguh beriman akan selalu membawa hidupnya dalam semangat percaya teguh kepada Tuhan. Orang beriman percaya bahwa sesudah hidup di dunia ini akan ada hidup yang abadi. Suatu hidup yang telah dimulai selama di dunia ini.
Karena itu, hidup manusia itu tidak berakhir dalam kematian. Tetapi hidup manusia itu dilanjutkan dalam hidup yang abadi. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
Karena itu, hadirnya agama-agama hanyalah sebuah ilusi. Agama hanya mengajarkan mimpi-mimpi mengenai hidup sesudah kematian yang sebenarnya tidak ada. Agama hanya menjadi alat hiburan bagi manusia. Dia menyebut agama sebagai opium bagi masyarakat. Agama mengajarkan sesuatu yang tidak nyata. Agama hanya memberi hiburan murahan kepada manusia.
Ajaran Karl Marx itu berkembang subur di Eropa. Banyak orang mengikuti ajaran-ajarannya. Mereka mengira bahwa hidup ini akan berakhir tanpa meninggalkan sesuatu yang bermakna. Setelah orang menghembuskan nafasnya, hidup ini pun berakhir. Tidak ada lagi hidup sesudah kematian.
Sahabat, benarkah pandangan Marx di atas? Bukankah manusia memiliki jiwa yang memberi hidup kepada tubuh yang materi itu? Bukankah jiwa itu menyemangati manusia untuk senantiasa melakukan hal-hal yang baik dalam hidup ini? Bukankah tanpa jiwa, manusia tidak memiliki daya apa-apa?
Orang beriman selalu yakin bahwa manusia memiliki tubuh dan jiwa. Keduanya merupakan dua bagian yang tak terpisahkan. Manusia yang hidup tanpa jiwa adalah manusia yang tidak punya arah hidup yang jelas. Manusia yang hanya mementingkan keinginan tubuh jasmaninya saja. Biasanya kepuasan-kepuasan jasmani itu tidak bertahan lama. Kepuasan jasmani itu membuat orang cepat lapar dan haus.
Karena itu, hidup manusia mesti diimbangi oleh kekokohan jiwanya. Orang yang terus-menerus memelihara semangat jiwanya, semangat roh. Mengapa? Karena manusia tidak hanya dihidupi oleh yang jasmani, yang materi. Tetapi orang juga diberi kekuatan oleh semangat yang berkobar, agar sungguh-sungguh menemukan makna dalam kehidupan ini. Orang seperti ini akan menerima ada kehidupan setelah pengembaraannya di dunia ini berakhir. Orang seperti ini akan terus-menerus memperjuangkan kehidupan yang baik dan benar.
Orang beriman yakin bahwa agama yang dianutnya bukan sekedar sebuah hiburan yang memberikan impian-impian. Namun orang yang sungguh-sungguh beriman akan selalu membawa hidupnya dalam semangat percaya teguh kepada Tuhan. Orang beriman percaya bahwa sesudah hidup di dunia ini akan ada hidup yang abadi. Suatu hidup yang telah dimulai selama di dunia ini.
Karena itu, hidup manusia itu tidak berakhir dalam kematian. Tetapi hidup manusia itu dilanjutkan dalam hidup yang abadi. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.