Ada seorang ibu tua yang hidup kesepian. Sudah bertahun-tahun ia ditinggal pergi oleh suaminya. Lima orang anak yang dilahirkan dan dibesarkan dalam kesendirian itu pun tidak tahu entah ke mana. Di masa tuanya sebenarnya ia ingin sekali ada dari orang-orang yang pernah dekat dengannya itu menemaninya. Atau paling kurang ada yang datang untuk mengunjunginya.
Ketika tetangga-tetangganya mengunjunginya, ibu tua itu sangat senang. Ia merasa ada orang yang peduli terhadap dirinya. Ia tidak dilupakan begitu saja. Kerinduan dan cintanya yang begitu besar terhadap orang-orang yang pernah dekat dengan dirinya seolah-olah tercurahkan kepada tetangga-tetangganya itu. Ia merasa gembira. Ia merasakan ada aliran cinta yang mengalir dalam dirinya. Darahnya terasa seolah-olah mengalir begitu lancar.
Cinta yang sempat hilang itu kini kembali bersemi. Ia menemukan kembali betapa bermaknanya hidup ini dihiasi oleh cinta yang tulus. Tetangga-tetangga itu mengungkapkan cinta mereka dengan mengunjunginya. Mereka memberikan perhatian terhadap dirinya, bukan karena ia telah berjasa terhadap mereka. Tetapi semata-mata karena mereka memiliki cinta yang mendalam terhadap dirinya.
Dalam kondisi demikian, ibu tua itu berusaha mengucapkan syukur atas kebaikan Tuhan bagi dirinya. Baginya, cinta Tuhan telah mendorong orang-orang itu mendatangi dirinya. Cinta Tuhan memberi motivasi kepada orang-orang itu untuk mengungkapkan cinta mereka.
Sahabat, kalau Anda melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain, apa yang mendorong Anda? Apakah Anda merasa terdorong oleh keinginan untuk dikenal oleh banyak orang melalui perbuatan baik itu? Atau Anda ingin menjadi orang yang populis yang disanjung-sanjung di mana-mana?
Kalau hal-hal ini menjadi pertimbangan Anda untuk melakukan hal-hal yang baik, Anda keliru. Setelah pujian terhadap perbuatan baik Anda berlalu, Anda akan menjadi orang yang stress. Tidak ada lagi tepuk tangan pujian untuk Anda. Tidak ada lagi yel-yel yang membahana untuk mengangkat Anda tinggi-tinggi ke udara. Yang tersisa adalah Anda hidup dalam kesendirian.
Karena itu, yang mesti menjadi andalan dalam melakukan perbuatan baik adalah cinta kasih. Orang mesti mendasarkan perbuatan baik itu pada cinta kasih terhadap sesamanya. Suatu perbuatan baik yang tidak dilaksanakan berdasarkan dorongan cinta kasih hanyalah suatu upaya sosial belaka. Kurang memiliki makna yang mendalam bagi diri dan sesama. Setelah orang melakukan suatu perbuatan baik, sudah itu selesai. Tidak ada makna lagi. Tidak ada sesuatu pun yang membekas. Yang tertinggal hanyalah stress yang berlarut-larut.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa mendasarkan perbuatan baik kita atas cinta kasih. Hal ini menjadi bekal bagi kita untuk semakin memberi makna terhadap hidup kita. Kita hidup bukan untuk diri kita sendiri saja. Kita hidup juga bagi orang lain. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
573
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.