Ada seorang pemuda yang selalu merasa diri tahu segala-galanya. Ia juga sering memosisikan dirinya sebagai orang yang pintar dan cerdas. Setiap pertanyaan yang ditujukan kepadanya diusahakannya untuk dijawab dengan tepat. Padahal sebenarnya banyak yang tidak ia ketahui. Hal itu membuat pemuda itu menjadi orang yang sombong. Apa saja kesulitan yang dihadapi orang lain ia coba bantu. Ia tampil seolah-olah ia orang yang sangat ringan tangan.
Suatu hari pemuda itu kena batunya. Ia dimintai bantuan oleh seorang anak kecil di desanya. Dengan senang hati ia membantu. Namun yang terjadi adalah ia malah membuat anak kecil itu semakin menderita. Anak itu meminta pemuda itu untuk memecahkan soal Matematika kelas duanya. Dengan berbagai cara, pemuda itu mencari jalan untuk memecahkan soal itu. Namun ia tidak mendapatkan cara terbaik untuk memecahkan soal itu. Akibatnya, anak kelas dua SD itu mengusirnya pergi. Anak itu merasa terganggu.
Setelah pemuda itu pergi, anak itu justru dapat menyelesaikan soal Matematika itu. Setelah beberapa waktu kemudian ia bertemu dengan pemuda itu, ia mengejek pemuda itu. Ia berkata, “Kalau tidak tahu, katakan tidak tahu. Soal begitu mudah kok tidak tahu?” Sejak itu, pemuda itu tidak berani lagi menyombongkan dirinya.
Sahabat, banyak orang merasa diri mereka tahu segala-galanya. Karena itu, mereka malu untuk mengatakan tidak tahu kepada orang yang membutuhkan jawaban mereka atas suatu persoalan. Kalau sudah ketahuan tidak tahu apa-apa baru orang berani mengakui keterbatasan dirinya. Tentu saja hal ini mesti disadari oleh setiap orang.
Sebenarnya sikap yang paling baik adalah mengatakan dengan terus terang tentang kondisi diri kita. Kalau kita tidak tahu tentang sesuatu, kita mesti mengatakannya dengan terus terang. Namun tidak berarti kita membiarkan diri kita tidak tahu sama sekali.
Yang mesti kita lakukan adalah kita berusaha untuk mencari tahu apa yang tidak kita ketahui itu. Kita mesti berusaha untuk mengenal dan mengetahui situasi di sekitar kita. Atau kita mesti berusaha untuk mengisi diri kita dengan pengetahuan-pengetahuan yang berguna bagi diri kita.
Karena itu, belajar merupakan satu-satunya cara untuk mengisi diri kita dengan pengetahuan-pengetahuan yang selalu baru dan segar. Kalau orang punya sikap ingin belajar terus-menerus, ia akan memiliki segudang pengetahuan yang dapat ia gunakan kapan saja untuk menjawab setiap persoalan yang dihadapainya.
Orang beriman itu orang yang berani menyiapkan kesempatan untuk terus-menerus balajar. Dengan demikian, ia tidak akan pernah kekurangan ilmu pengetahuan bagi diri dan sesama. Untuk itu, orang mesti berlajar terus-menerus. Hanya dengan cara ini orang dapat memberikan kontribusi bagi hidup bersama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
575
Suatu hari pemuda itu kena batunya. Ia dimintai bantuan oleh seorang anak kecil di desanya. Dengan senang hati ia membantu. Namun yang terjadi adalah ia malah membuat anak kecil itu semakin menderita. Anak itu meminta pemuda itu untuk memecahkan soal Matematika kelas duanya. Dengan berbagai cara, pemuda itu mencari jalan untuk memecahkan soal itu. Namun ia tidak mendapatkan cara terbaik untuk memecahkan soal itu. Akibatnya, anak kelas dua SD itu mengusirnya pergi. Anak itu merasa terganggu.
Setelah pemuda itu pergi, anak itu justru dapat menyelesaikan soal Matematika itu. Setelah beberapa waktu kemudian ia bertemu dengan pemuda itu, ia mengejek pemuda itu. Ia berkata, “Kalau tidak tahu, katakan tidak tahu. Soal begitu mudah kok tidak tahu?” Sejak itu, pemuda itu tidak berani lagi menyombongkan dirinya.
Sahabat, banyak orang merasa diri mereka tahu segala-galanya. Karena itu, mereka malu untuk mengatakan tidak tahu kepada orang yang membutuhkan jawaban mereka atas suatu persoalan. Kalau sudah ketahuan tidak tahu apa-apa baru orang berani mengakui keterbatasan dirinya. Tentu saja hal ini mesti disadari oleh setiap orang.
Sebenarnya sikap yang paling baik adalah mengatakan dengan terus terang tentang kondisi diri kita. Kalau kita tidak tahu tentang sesuatu, kita mesti mengatakannya dengan terus terang. Namun tidak berarti kita membiarkan diri kita tidak tahu sama sekali.
Yang mesti kita lakukan adalah kita berusaha untuk mencari tahu apa yang tidak kita ketahui itu. Kita mesti berusaha untuk mengenal dan mengetahui situasi di sekitar kita. Atau kita mesti berusaha untuk mengisi diri kita dengan pengetahuan-pengetahuan yang berguna bagi diri kita.
Karena itu, belajar merupakan satu-satunya cara untuk mengisi diri kita dengan pengetahuan-pengetahuan yang selalu baru dan segar. Kalau orang punya sikap ingin belajar terus-menerus, ia akan memiliki segudang pengetahuan yang dapat ia gunakan kapan saja untuk menjawab setiap persoalan yang dihadapainya.
Orang beriman itu orang yang berani menyiapkan kesempatan untuk terus-menerus balajar. Dengan demikian, ia tidak akan pernah kekurangan ilmu pengetahuan bagi diri dan sesama. Untuk itu, orang mesti berlajar terus-menerus. Hanya dengan cara ini orang dapat memberikan kontribusi bagi hidup bersama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
575
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.