Suatu hari seorang anak mendekati ayahnya yang sedang mengasah parang. Setelah membuka hutan untuk ladang, parang menjadi tumpul. Karena itu, sang ayah mesti mengasahnya. Anak itu bertanya kepada ayahnya, ”Mengapa ayah mengasah parang hari ini?”
Sambil tersenyum, sang ayah menjawab, ”Parang ini sudah tumpul, nak. Kemarin ayah gunakan untuk memotong pohon-pohon untuk membuka ladang. Ayah harus mengasahnya supaya tetap tajam. Hari ini ayah akan gunakan lagi parang ini untuk bekerja.”
Anak itu masih belum yakin akan penjelasan ayahnya. Ia bertanya lagi, ”Tetapi kan parang itu masih bisa dipakai walaupun tidak diasah, ayah?”
Sambil menggelengkan kepalanya, sang ayah berkata, ”Benar, nak. Tetapi kalau tidak diasah tidak akan setajam sebelumnya. Setelah diasah, parang ini akan lebih tajam lagi. Akan lebih berguna bagi ayah, nak.”
Sahabat, sesuatu yang sudah tumpul mesti diasah lagi agar tetap tajam. Seorang penebang pohon akan selalu mengasah parang atau kampak, agar selalu tajam. Dengan demikian, parang atau kampak itu akan berfungsi dengan lebih maksimal. Tidak banyak pohon yang bisa ditebang oleh parang atau kampak yang tumpul.
Seorang pemanah akan selalu mengencangkan busurnya, agar dapat menggunakannya dengan efektif. Larinya anak panah akan lebih kencang dan mengenai sasaran. Busur yang tidak kencang memperlambat larinya anak panah.
Demikian pula pikiran manusia mesti selalu diasah untuk selalu menghasilkan kejernihan dalam berpikir. Pikiran manusia yang tidak pernah diasah dengan ilmu-ilmu baru hanyalah akan terkungkung di dalam dunianya sendiri. Bagai katak dalam tempurung. Dunianya sempit dan gelap. Orang seperti ini tidak terbuka terhadap hal-hal baru yang menguntungkan bagi hidupnya.
Pikiran yang selalu diasah akan memiliki ketajaman dalam mencerna dan memikirkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan ini. Orang bijak itu selalu mengasah pikirannya dengan ilmu-ilmu baru. Orang pandai tidak berhenti pada pengetahuan yang dimilikinya. Ia selalu menambah pengetahuannya dengan membaca dan belajar dari kehidupan sehari-hari.
Orang seperti ini biasanya orang yang rendah hati. Orang yang selalu ingin belajar dari sesuatu atau dari orang lain. Orang yang selalu terbuka pikirannya untuk memajukan dirinya. Orang yang selalu ingin memajukan orang lain juga. Baginya, keterbatasan dirinya mesti dibuka, agar hal-hal baru dapat masuk dan menjadi bagian dari dirinya.
Orang beriman itu selalu menyediakan pikirannya untuk pengetahuan dan ilmu-ilmu baru. Dengan demikian, orang beriman dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Kemampuan-kemampuan itu dapat berguna bagi banyak orang. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
578
Sambil tersenyum, sang ayah menjawab, ”Parang ini sudah tumpul, nak. Kemarin ayah gunakan untuk memotong pohon-pohon untuk membuka ladang. Ayah harus mengasahnya supaya tetap tajam. Hari ini ayah akan gunakan lagi parang ini untuk bekerja.”
Anak itu masih belum yakin akan penjelasan ayahnya. Ia bertanya lagi, ”Tetapi kan parang itu masih bisa dipakai walaupun tidak diasah, ayah?”
Sambil menggelengkan kepalanya, sang ayah berkata, ”Benar, nak. Tetapi kalau tidak diasah tidak akan setajam sebelumnya. Setelah diasah, parang ini akan lebih tajam lagi. Akan lebih berguna bagi ayah, nak.”
Sahabat, sesuatu yang sudah tumpul mesti diasah lagi agar tetap tajam. Seorang penebang pohon akan selalu mengasah parang atau kampak, agar selalu tajam. Dengan demikian, parang atau kampak itu akan berfungsi dengan lebih maksimal. Tidak banyak pohon yang bisa ditebang oleh parang atau kampak yang tumpul.
Seorang pemanah akan selalu mengencangkan busurnya, agar dapat menggunakannya dengan efektif. Larinya anak panah akan lebih kencang dan mengenai sasaran. Busur yang tidak kencang memperlambat larinya anak panah.
Demikian pula pikiran manusia mesti selalu diasah untuk selalu menghasilkan kejernihan dalam berpikir. Pikiran manusia yang tidak pernah diasah dengan ilmu-ilmu baru hanyalah akan terkungkung di dalam dunianya sendiri. Bagai katak dalam tempurung. Dunianya sempit dan gelap. Orang seperti ini tidak terbuka terhadap hal-hal baru yang menguntungkan bagi hidupnya.
Pikiran yang selalu diasah akan memiliki ketajaman dalam mencerna dan memikirkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan ini. Orang bijak itu selalu mengasah pikirannya dengan ilmu-ilmu baru. Orang pandai tidak berhenti pada pengetahuan yang dimilikinya. Ia selalu menambah pengetahuannya dengan membaca dan belajar dari kehidupan sehari-hari.
Orang seperti ini biasanya orang yang rendah hati. Orang yang selalu ingin belajar dari sesuatu atau dari orang lain. Orang yang selalu terbuka pikirannya untuk memajukan dirinya. Orang yang selalu ingin memajukan orang lain juga. Baginya, keterbatasan dirinya mesti dibuka, agar hal-hal baru dapat masuk dan menjadi bagian dari dirinya.
Orang beriman itu selalu menyediakan pikirannya untuk pengetahuan dan ilmu-ilmu baru. Dengan demikian, orang beriman dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Kemampuan-kemampuan itu dapat berguna bagi banyak orang. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
578
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.