Pages

19 Desember 2010

Menjadi Peka terhadap Situasi Sekitar


Tindakan Alexei Dymovsky, seorang perwira polisi di Rusia ini patut ditiru. Tidak tahan dengan budaya korupsi yang terjadi, ia membuat sebuah rekaman video tentang perilaku korup para atasannya.

Seperti diberitakan AFP, Senin (9/11/2009), Dymovsky, polisi yang berusia 32 tahun ini menuding atasannya di wilayah Novorossiisk telah melakukan jual beli perkara. Dymovsky adalah penyidik senior di wilayah tersebut yang memegang divisi kejahatan narkotika dan penyelundupan.

Menurutnya, ia tidak tahan selalu diminta untuk menutup-nutupi kejahatan. Ia berkata, “Saya tidak tahan karena selalu diminta untuk menutupi kejahatan. Saya capek disuruh memenjarakan orang yang tidak bersalah.”

Dalam videonya, Dymovsky juga meminta bertemu langsung dengan Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin untuk membahas permasalahan di lembaga kepolisian. Ia juga meminta agar pemerintah memerhatikan kesejahteraan polisi.

Tentang gaji seorang polisi, ia mengeluh, “Bagaimana bisa bekerja profesional dengan gaji hanya sekitar 14,000 ruble (USD 549) per bulan.”

Menteri Dalam Negeri Rusia Rashid Nurgaliyev memerintahkan penyelidikan menyeluruh atas laporan dari Dymovksy. Tim langsung mulai bekerja. Rashid berkata, “Laporan lengkap akan disampaikan pada Presiden Dmitry Medvedev dan Perdana Menteri Vladimir Putin.”

Sahabat, setiap hari di negeri kita juga digonjang-ganjing oleh persoalan pemberantasan korupsi. Ada pernyataan-pernyataan yang masih menyimpan tanda tanya-tanda tanya di benak masyarakat. Sebetulnya apa yang sesungguhnya terjadi dengan aparat hukum di negeri ini? Apakah benar aparat hukum di negeri ini sudah berada di titik nadir?

Korupsi terjadi karena ketidakjujuran. Pertama, ketidakjujuran terhadap diri sendiri. Orang yang tidak jujur terhadap dirinya sendiri biasanya menyembunyikan kelemahan-kelemahan yang ada dalam dirinya. Orang seperti ini mempunyai cita-cita yang tinggi, tetapi tidak punya modal yang banyak. Akibatnya, orang seperti ini menggunakan wewenang dan kekuasaan yang dimilikinya untuk melakukan korupsi. Kalau saja ia mengakui keterbatasan dirinya, ia tidak perlu ngoyo dalam usaha meraih cita-citanya.

Kedua, ketidakjujuran terhadap orang lain. Orang seperti ini biasanya mudah membuat janji-janji kepada orang lain. Ketika ia sulit menepati janji, ia mulai mencari cara-cara untuk menepati janji itu. Akibatnya, ia mulai melakukan ketidakjujuran. Ia dapat melakukan korupsi, agar orang lain senang. Padahal orang lain tidak tahu dari mana uang atau harta benda yang dimilikinya itu berasal.

Ketiga, ketidakjujuran terhadap Tuhan. Orang yang tidak jujur biasanya mengabaikan perintah Tuhan dalam hidupnya. Orang seperti ini menganggap enteng firman Tuhan yang mengarahkan dirinya kepada kebaikan dan kebenaran. Ia mudah mengingkari kebaikan-kebaikan yang berasal dari Tuhan sendiri. Akibatnya, suara hatinya tidak lagi bekerja dengan baik. Suara hatinya menjadi tumpul. Ketika ia melakukan korupsi, suara hatinya tidak menegurnya.

Kita mesti berani mendengarkan suara hati kita yang berbicara jujur kepada kita. Dengan demikian, kita dapat menjadi orang-orang yang peka terhadap situasi hidup di sekitar kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ


574

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.