Caroline Wozniacki adalah seorang petenis muda belia berusia 19 tahun berasal dari Denmark. Tahun lalu ia termasuk petenis yang berprestasi tinggi. Banyak kejuaran tenis wanita yang ia ikuti. Hasil dari keikutsertaannya dalam kejuaraan-kejuaraan tenis sepanjang tahun itu adalah ia masuk kelompok delapan besar. Kelompok ini kemudian bertanding di WTA Sony Ericsson Championship 2009 di Doha, Qatar. Selama satu minggu ia harus bertanding. Ia masuk ke semifinal kejuaraan tenis akhir tahun ini.
Namun sial bagi Wozniacki. Ia mesti mengundurkan diri akibat cedera otot perutnya. Ia tidak bisa menyelesaikan pertandingan semifinal itu. Namun cedera yang diderita Wozniacki sudah terjadi dalam dua pekan terakhir. Ia bahkan sempat terjatuh karena keram di pertandingan pertama. Namun, Wozniacki memperlihatkan semangat juang luar biasa. Sambil menangis, dia bangkit dan memenangi laga.
Sayang, hal itu tak bisa diulanginya di semifinal. Tentang kegagalannya di semifinal, ia berkata, ”Kali ini saya bisa tersenyum atau menangis dan saya pilih tersenyum saja. Tak ada lagi yang bisa dilakukan. Saya menjalani tahun yang luar biasa. Saya memakai seluruh tenaga yang saya punya, dan hari ini tak ada lagi yang tersisa.”
Wozniacki mendapat pelajaran yang sangat berharga. Ia berkata, ”Saya sadar bahwa saya seorang pejuang dan tak ada yang mustahil. Saya hanya perlu terus berkembang. Saya akan kembali dan bermain lebih baik lagi.”
Sahabat, perjuangan untuk meraih sukses tidak semudah yang dibayangkan dalam mimpi indah di siang bolong. Kesuksesan itu diraih dengan kerja keras, bahkan dengan berurai air mata. Apalagi sekarang ini dunia kompetisi sering mendominasi hidup manusia. Kesuksesan yang gemilang tidak datang dengan sendirinya. Orang mesti memperjuangkannya dengan keteguhan hati dan imannya.
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa perjuangan yang dilalui dengan penuh keyakinan akan mendatangkan kebahagiaan. Meski akhirnya gagal, Wozniacki merasa bergembira. Ia telah mencurahkan seluruh tenaganya untuk suatu kompetisi tingkat tinggi. Kalau toh ia gagal juga, ia menerimanya dengan lapang dada. Apalagi kegagalannya itu karena cedera yang dideritanya.
Orang yang mampu berjuang untuk meraih suatu kesuksesan itu orang yang memiliki iman yang kokoh. Orang yang juga mau berserah diri kepada Tuhan. Orang yang tidak bekerja sendirian, tetapi senantiasa melibatkan Tuhan dalam hidupnya. Karena itu, orang yang hanya ingin meraih kesuksesan dengan bermalas-malasan adalah orang yang tidak mau membiarkan dirinya dikuasi oleh Tuhan. Orang seperti ini ingin berjuang sendiri. Orang seperti ini tidak percaya bahwa Tuhan memiliki kekuatan untuk menemani perjuangan hidupnya.
Sebagai orang beriman, perjuangan kita dalam meraih hidup yang bahagia mesti selalu ditandai dengan kerja keras. Kita tidak membiarkan diri kita dikuasai oleh kemalasan. Kita membiarkan diri kita dikuasai oleh Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Dengan demikian, rahmat Tuhan senantiasa menyertai perjuangan hidup kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
Namun sial bagi Wozniacki. Ia mesti mengundurkan diri akibat cedera otot perutnya. Ia tidak bisa menyelesaikan pertandingan semifinal itu. Namun cedera yang diderita Wozniacki sudah terjadi dalam dua pekan terakhir. Ia bahkan sempat terjatuh karena keram di pertandingan pertama. Namun, Wozniacki memperlihatkan semangat juang luar biasa. Sambil menangis, dia bangkit dan memenangi laga.
Sayang, hal itu tak bisa diulanginya di semifinal. Tentang kegagalannya di semifinal, ia berkata, ”Kali ini saya bisa tersenyum atau menangis dan saya pilih tersenyum saja. Tak ada lagi yang bisa dilakukan. Saya menjalani tahun yang luar biasa. Saya memakai seluruh tenaga yang saya punya, dan hari ini tak ada lagi yang tersisa.”
Wozniacki mendapat pelajaran yang sangat berharga. Ia berkata, ”Saya sadar bahwa saya seorang pejuang dan tak ada yang mustahil. Saya hanya perlu terus berkembang. Saya akan kembali dan bermain lebih baik lagi.”
Sahabat, perjuangan untuk meraih sukses tidak semudah yang dibayangkan dalam mimpi indah di siang bolong. Kesuksesan itu diraih dengan kerja keras, bahkan dengan berurai air mata. Apalagi sekarang ini dunia kompetisi sering mendominasi hidup manusia. Kesuksesan yang gemilang tidak datang dengan sendirinya. Orang mesti memperjuangkannya dengan keteguhan hati dan imannya.
Kisah di atas mau mengatakan kepada kita bahwa perjuangan yang dilalui dengan penuh keyakinan akan mendatangkan kebahagiaan. Meski akhirnya gagal, Wozniacki merasa bergembira. Ia telah mencurahkan seluruh tenaganya untuk suatu kompetisi tingkat tinggi. Kalau toh ia gagal juga, ia menerimanya dengan lapang dada. Apalagi kegagalannya itu karena cedera yang dideritanya.
Orang yang mampu berjuang untuk meraih suatu kesuksesan itu orang yang memiliki iman yang kokoh. Orang yang juga mau berserah diri kepada Tuhan. Orang yang tidak bekerja sendirian, tetapi senantiasa melibatkan Tuhan dalam hidupnya. Karena itu, orang yang hanya ingin meraih kesuksesan dengan bermalas-malasan adalah orang yang tidak mau membiarkan dirinya dikuasi oleh Tuhan. Orang seperti ini ingin berjuang sendiri. Orang seperti ini tidak percaya bahwa Tuhan memiliki kekuatan untuk menemani perjuangan hidupnya.
Sebagai orang beriman, perjuangan kita dalam meraih hidup yang bahagia mesti selalu ditandai dengan kerja keras. Kita tidak membiarkan diri kita dikuasai oleh kemalasan. Kita membiarkan diri kita dikuasai oleh Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Dengan demikian, rahmat Tuhan senantiasa menyertai perjuangan hidup kita. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.