Ada seorang gadis yang gagal dalam suatu kompetisi ilmu pengetahuan. Ia sudah mempersiapkan diri dengan baik selama berbulan-bulan. Ia telah mengikuti kursus-kursus di berbagai tempat kursus dengan guru-guru pendamping terbaik. Tetapi begitu ia maju ke kompetisi, ia gagal. Lebih menyakitkan hatinya lagi adalah ia gagal di babak awal. Padahal ia sudah menghabiskan begitu banyak uang dan waktu hanya untuk menyiapkan diri dalam kompetisi tersebut.
Salah satu sumber mengatakan adalah gadis itu kurang kreatif. Ia tampil terlalu teks book. Padahal yang juga sangat diharapkan dari kompetisi itu adalah seorang murid yang berani kreatif dan inovatif. Seorang kompetitor mesti berani mengungkapkan gagasan-gagasan baru. Tidak hanya mengulangi apa yang telah dipelajari di bangku sekolah atau bangku kursus.
Gadis itu sangat kecewa. Ia memutuskan untuk tidak lagi mengikuti kompetisi-kompetisi untuk mewakili sekolahnya. Ia ingin berdiam diri dulu. Ia ingin belajar menemukan hal-hal baru. Setelah itu, kalau toh keadaan memaksa, ia mau mengikuti kompetisi-kompetisi di bidang ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa hanya ia seorang yang dapat menentukan apakah ia gagal atau sukses dalam suatu kompetisi. Semua yang lain hanyalah sarana bantuan bagi dirinya.
Sahabat, banyak orang berpikir bahwa tingkat kesuksesan seseorang tergantung pada orang lain. Atau juga tergantung pada lingkungan sekitar. Kesuksesan itu ada di tangan orang lain atau lingkungan yang mendukung. Tentu saja pandangan seperti ini tidak seratus persen benar.
Orang mesti sadar bahwa orang tidak bisa meminjam, meminta atau mencuri kesuksesan orang lain. Orang lain hanya mampu memberi inspirasi, mengajar, mendorong seseorang untuk maju meraih sukses. Tetapi sesungguhnya kesuksesan itu tergantung pada diri sendiri. Kesuksesan itu tergantung pada bagaimana orang mampu mengatur hidupnya.
Kalau begitu, kita tidak perlu bantuan orang lain untuk meraih sukses? Tentu saja kita butuh bantuan orang lain untuk kesuksesan kita. Namun mau gagal atau sukses itu kembali kepada diri kita sendiri. Setiap orang memiliki cara sendiri-sendiri untuk meraih sukses itu. Setiap orang punya keinginan sendiri-sendiri untuk menggapai kesuksesan.
Karena itu, orang beriman mesti memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri. Dengan bantuan dari orang-orang sekelilingnya, orang beriman mesti menancapkan tekadnya untuk membangun suatu hidup yang lebih baik. Orang beriman tidak boleh hanya menadahkan tangan meminta bantuan dari orang lain untuk kesuksesannya. Orang beriman mesti bekerja keras untuk meraih kesuksesan itu.
Untuk itu, orang beriman mesti selalu terbuka pada Tuhan yang senantiasa memberikan semangat untuk kehidupannya. Dengan hati yang terbuka itu, orang siap untuk menerima rahmat yang menguatkannya untuk bangkit kembali, ketika mengalami kegagalan dalam hidup. Dengan hati yang terbuka itu, orang mau menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan dengan tetap bekerja keras untuk meraih kesuksesan. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
564
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.